Cerita Sex Terbaru Horny Di Kost an
Majalah Bokep - Setelah kejadian kemarin yang aku share kepada pembaca dewasa “mesum didalam mobil” saat itu aku
sedang makan di kantin bersama Sinta, kami bercanda sambil gosipin menunggu jam kuliah masuk, saat itu
pukul 13.00 bisa kebayang jam seperti itu kantin pasti penuh, saking asyknya kita bercanda aku
dikagetkan dengan seseorang yang menpuk pundakku.
“Helo girls, gabung yah, penuh nih !” sapa orang itu yang ternyata si Dimas, salah satu playboy
kampusku yang dua minggu lalu terlibat ML denganku (baca mesum didalam mobil)
“Penuh apa alasan buat bisa deketin kita, heh ?” goda Sinta padanya.
“Iya nih, dasar, itu tuh disana aja kan ada yang kosong, hus…hus..!!” kataku dengan nada
bercanda“Maunya sih…cuma kalo gua disana takutnya ada yang merhatiin gua, jadi mendingan gua deketin
sekalian” kelakarnya dengan gaya khas seorang playboy.“Gila ga tau malu amat, jijay lo !” sambil
kucubit lengannya
Kami bertiga menikmati makan dan obrolan kami semakin seru dengan datangnya pemuda ini. Harus kuakui
Dimas memang pandai berkomunikasi dengan wanita dan menarik perhatian mereka. Dalam empat sekawan
geng-ku saja dia sudah pernah menikmati petualangan sex dengan tiga diantaranya (termasuk aku),
tinggal si Indah yang belum dia rasakan.
“Kuliah jam berapa lagi nih kalian ?” tanyanya“Gua sih masih lama, jam tiga nanti, pulang tanggung”
jawabku“Kalo gua sih sebentar lagi jam satu masuk, BT deh kuliahnya Bu Dinah yang killer itu” jawab
Sinta sambil mengelap mulutnya dengan tisu.
“Halo Ci….hai Nana (Sinta) !” sapa Indah yang tiba-tiba nongol dari keramaian orang lalu duduk di
sebelah Sinta.
Hari itu Indah tampil dengan penampilan barunya yaitu rambutnya yang panjang itu dicat coklat sehingga
nampak seperti cewek indo. Dia terlihat begitu menawan dengan baju pink yang bahunya terbuka dipadu
celana panjang putih.
Kuperkenalkan Dimas pada Indah, berbeda dengan kami bertiga yang dari fakultas yang sama, Sastra
Inggris, Indah berasal dari Fakultas Ekonomi sehingga dia belum mengenal Dimas. Begitu kenal dengan
Indah, Dimas langsung beraksi dengan kata-kata dan pujian gombalnya.
Dengan sifat Indah yang gaul itu mereka cepat akrab dan omongannya nyambung.“Dasar aligator darat”
begitu gumamku dalam hati sambil menyedot minumanku.Tak lama kemudian HP Sinta berdering lalu dia
pamitan karena ada janji mau mengerjakan tugas kelompok dengan temannya di perpustakaan.
Jadi sekarang tinggallah kami bertiga.“Ngapain yah enaknya sambil nunggu, bosen kan disini terus ?”
kata Indah setelah menghabiskan kentang goreng dan minumnya. Ternyata dia sedang menunggu kuliah jam
tiga juga.
“Ke kost gua gimana ? gua sih dah beres ga ada apa-apa lagi” usul DimasKami pun mengiyakan daripada
menunggu dua jam lebih di kampus, di kostnya kan banyak film jadi bisa nonton dulu. Kami pun berjalan
ke gerbang samping yang menuju ke kostnya setelah membayar makan.
Hanya dalam lima menit kami sudah tiba di tujuan. Kostnya cukup besar dan bagus karena termasuk kost
yang mahal di daerah sini, terdiri dari dua tingkat dengan kamar mandi di kamar masing-masing.
Penghuninya campur pria-wanita, tapi menurut Dimas lebih dari setengahnya wanita, makannya dia betah
di sini.“Welcome to my room, sori yah rada berantakan” dia membukakan pintu dan mempersilahkan kami
masuk ke kamarnya di tingkat dua.
Ini bukan pertama kalinya aku ke sini, aku bahkan pernah ML disini saat one night stand dengannya.
Pada temboknya terpampang beberapa poster pemain sepak bola, juga ada sebuah poster anime Kenshin.
Foto pacarnya yang kuliah di luar negri dipajang diatas meja belajarnya yang sedikit acak-acakan.
Kami ngobrol-ngobrol sambil menikmati snack hingga akhirnya obrolan kami mulai menjurus ke masalah
seks. Dimas tanpa basa-basi menawarkan nonton film bokep koleksinya, dipilihnya salah satu vcd bokep
Jepang favoritnya.
Aku tidak ingat judulnya, yang pasti adegannya membuatku merinding. Kami bertiga hening menatapi layar
komputer seakan terhanyut dalam adegan yang pemerkosaan masal seorang wanita oleh beberapa pria,
sperma pria-pria itu berhamburan membasahi si wanita.
Darahku serasa memanas dan selangkanganku mulai basah. Indah di sebelahku juga mulai gelisah, dia
terlihat menggesek-gesekkan kedua pahanya. Dan, si Dimas….oh dia meremas-remas tangan Indah, dia juga
mulai berani mengelus lengannya.
Melihat reaksi Indah yang malu-malu mau dan sudah terangsang berat, Dimas makin berani mendekatkan
mulutnya ke pundak Indah yang terbuka. Indah menggelinjang kecil merasakan hembusan nafas Dimas pada
leher dan pundaknya.
Karena sudah merasa horny, ditambah lagi Dimas dan Indah mulai beraksi, akupun tidak malu-malu lagi
mengekspresikan nafsuku pada Indah yang duduk paling dekat denganku. Tanganku merayap lewat bagian
bawah bajunya dan terus menyelinap ke balik bra-nya.
Aku dapat merasakan putingnya makin mengeras ketika kumain-mainkan dengan jariku. Mulutku saling
berpagutan dengannya, lidah kami saling beradu dan bertukar ludah. Sementara di sebelah sana, Dimas
mulai menjilati leher dan pundaknya, disibakkannya rambut panjang itu lalu dihirupnya wangi tubuhnya
sebelum cupangannya berlanjut ke leher dan belakang telinganya.
Indah mendesah tertahan menikmati perlakuan ini, tangannya mulai bergerak meraih penis Dimas yang
masih tertutup celana jeansnya, diraba-rabanya benda yang sudah mengeras itu dari luar. Ciuman Dimas
menurun lagi ke bahu Indah sambil menurunkan pakaian dengan bahu terbuka itu secara perlahan-lahan,
suatu cara profesional dan erotis dalam menelanjangi seorang wanita.
Aku juga ikut menurunkan pakaian Indah dari sebelah kiri sehingga pakaian itu sekarang menggantung di
perutnya. Dengan cekatan Dimas menurunkan cup BH kanannya dan langsung melumatnya dengan rakus.
Indah melenguh merasakan payudaranya dihisap kuat oleh Dimas. Aku sekarang melepaskan pakaianku
sendiri hingga bugil lalu mendekati Dimas yang sudah merebahkan tubuh Indah di ranjangnya. Kupeluk
pinggangnya dari belakang dan melepaskan sabuknya disusul resleting celananya.
Dimas berhenti sejenak untuk membiarkanku melucuti dirinya, disaat yang sama Indah juga melepasi
pakaiannya. Kini kami bertiga sudah telanjang bulat. Kami menyuruh Dimas rebahan di ranjang agar bisa
menservis penisnya. Penis yang sudah mengeras kukocok dan kujilati, lalu kumasukkan ke mulutku.
Bersama dengan Indah, kami bergantian melayani ‘adik’ Dimas dengan jilatan dan emutan. Indah melakukan
aktivitasnya dengan terngkurap diatas tubuh Dimas dengan kata lain mereka dalam posisi 69, jadi Dimas
bisa menikmati vagina Indah sementara kami berdua menikmati penisnya.
Dimas sangat menikmati vagina Indah, hal ini nampak dari cara dia menjilat dan menyedot liang itu,
terkadang suara hisapannya terdengar jelas sehingga membuat Indah mengerang pendek. Beberapa menit
kemudian Indah mengerang lebih panjang dan suara seruput Dimas terdengar lebih jelas, ternyata Indah
sudah mencapai orgasme pertama.
Dimas mengganti posisi, Indah disuruh telungkup di ranjang dan pantatnya diangkat menungging, Dimas
sendiri mengambil posisi di belakangnya dan mengarahkan senjatanya ke vagina Indah. Indah merintih
sambil meremas sprei menikmati penis Dimas melesak masuk membelah bibir bawahnya.
Ketika penis itu masuk sebagian, Dimas menghentakkan pinggulnya dengan bertenaga sehingga penisnya
amblas seluruhnya dalam vagina Indah. Tubuhnya tersentak pelan dengan mata membelakak diikuti dengan
erangan nikmatnya.
Dimas memompa Indah dengan gerakan-gerakan yang mantap dan erotis sehingga Indah tidak sanggup berkata
apa-apa selain mengap-mengap keenakan. Kedua tangannya menjelajahi payudara Indah yang berukuran
sedang tapi padat, kedua putingnya dipencet-pencet atau dipelintir.
Aku sendiri yang tidak tahan hanya menonton mengambil posisi berselonjor di depan Indah, kedua pahaku
kubuka lebar dan kudekatkan ke wajah Indah.“Dah…jilatin punya gua yah…ga tahan nih !”Indah mulai
menjilati paha dan vaginaku, lidahnya menari-nari menggelikitik klitorisku yang sudah menegang
sementara tangannya meraih payudaraku dan mencubit-cubit putingku.
Lidah Indah memberi rangsangan tak terkira pada kemaluanku sehingga aku tidak tahan untuk tak
mendesah. Desahan kami bertiga pun terdengar memenuhi kamar ini. Kami berganti posisi menjadi woman on
top, Indah bergoyang di atas penis Dimas dan aku naik ke wajah Dimas berhadapan dengan Indah, kini
vaginaku dilayani oleh Dimas dengan lidahnya.
Sambil terus bergoyang aku berciuman dengan Indah, aku kembali menikmati lidah sesama jenisku, kami
bercipokan sambil mengeluarkan desahan-desahan tertahan. Ciuman Indah terus turun ke leherku hingga
berhenti di payudara kananku, sebuah gigitan kecil disertai hisapan pada daerah itu membuatku
menggeliat, disusul tangan Dimas menjulur dari bawah mencaplok yang kiri.
Ooohh…sepertinya bagian sensitifku diserang semua, lidah Dimas yang dikeraskan itu melesak masuk lebih
dalam dan bergoyang menggelikitik dinding kemaluanku, tangannya yang satu meremas dan sesekali menepuk
pantatku yang sekal.
Aku semakin erat mendekap Indah sambil satu tanganku meremas payudaranya. Tak lama kemudian aku merasa
sesuatu yang mendesak keluar dari bawah sana, ahh…aku tak sanggup lagi menahan cairan cinta yang mulai
membasahi vaginaku.
Hal yang sama juga dialami Indah tak lama kemudian, dia melepas emutannya pada putingku, nafasnya
makin memburu dan dia menaik-turunkan tubuhnya dengan lebih cepat.
Tubuh kami berdua mengejang hebat dan erangan klimaks keluar dari mulut kami. Dimas menusuk-nusukkan
jarinya ke vaginaku membuat cairan itu makin membanjir dan tubuhku makin tak terkendali, aku mendesah
panjang tanpa mempedulikan rasa sakit dari kuku Indah yang mencakar lenganku.
Cairanku diseruput Dimas dengan rakusnya, vagina Indah juga mengeluarkan banyak cairan sehingga
menimbulkan bunyi kecipak air. Goyangan kami mulai mereda, kami berpelukan menikmati sisa-sisa orgasme
barusan, kami menghimpun nafas kami yang kacau balau, keringat seperti embun membasahi dahi dan tubuh
kami.
Akhirnya kujatuhkan diriku ke samping dan Indah jatuh di dekapan Dimas. Dimas menoleh ke samping
bertatapan muka denganku lalu mengembangkan senyum, nampak mulutnya masih basah oleh cairan cintaku.
Hebat juga dia, bisa membuat dua wanita klimaks dalam waktu hampir bersamaan, begitu pujiku dalam
hati.
“Gimana girls, ready for next round ? gua belum keluar nih” katanya sambil mengelus rambut panjang
Indah.
“Hhhh…lu duaan aja dulu deh, gua kumpul tenaga dulu. Heh sialan lu Ndah, pakai cakar-cakaran segala
sakit tau, nih !” omelku memperlihatkan bekas cakaran di lengan kiriku yang sedikit berdarah sambil
mencubit lengannya.
“Hihihi…sory dong Ci, tadi kan kita lagi lupa daratan lagi, yang penting kan enjoy juga” jawabnya
santai sambil tersenyum kecil.Sebentar kemudian Dimas sudah membalikkan tubuh Indah menjadi telentang
dibawahnya, lalu kembali penisnya dimasukkan ke vagina Indah diiringi desahannya.
Ranjang ini sudah mulai bergetar lagi oleh goyangan tubuh mereka. Sambil menggenjot Dimas meraih
payudaraku dan memencetnya lembut sebagai sinyal mengajakku segera bergabung.“Ntar yah, gua mo minum
dulu nih, haus” kataku sambil bangkit berdiri dan mengambil sebuah gelas, aku membuka kran dispenser
yang terletak di dekat jendela untuk mengisi air.
Ketika sedang meneguk air tiba-tiba aku mendengar suara kresek-kresek di pintu. Kutajamkan
pendengaranku dan melihat ada seperti bayangan di celah bawah pintu, pasti seseorang mengintip kami
pikirku.
Aku tadinya bermaksud memberitahu mereka, tapi sebaiknya kuselidiki sendiri karena mereka sedang sibuk
berpacu dengan nafsu sampai tidak begitu menghiraukanku. Kusingkap sedikit tirai jendela untuk melihat
siapa di luar sana, ada seseorang pria sedang menempelkan telinganya pada pintu, dia juga berusaha
mencari-cari lubang untuk mengintip, tapi wajahnya tidak jelas.
Dalam pikiranku terbesit sebaiknya kuajak saja dia untuk meramaikan, mumpung aku daritadi belum
dimasuki penis karena Dimas sedang asyik menggumuli Indah. Maka sebelumnya aku melihat dulu sekeliling
apa ada orang lain lagi selain dia, letak kamar ini cukup strategis agak ujung dan jauh dari
keramaian,
Setelah yakin tidak ada siapapun lagi selain pengintip ini kuberanikan diri membuka pintu
mengejutkannya. Pelan-pelan gagang pintu kuputar dan…hiya…orang itu terdorong masuk karena sedang
menyandarkan tubuhnya pada pintu, dengan cekatan pintu kembali kututup. Orang itu benar-benar
terkejut, bingung, dan terangsang melihat sekelilingnya bugil dan ada yang bersenggama pula.
Dimas dan Indah yang sedang berasyik-masyuk kontan ikut terkejut, Indah menyambar guling untuk
menutupi tubuhnya dan menjerit kecil. Belakangan aku tahu dia adalah kacung di kost ini, namanya
Dadan, usianya masih 17 tahun, anaknya tinggi kurus dan berkulit sawo matang.
Tadinya dia cuma mau mengambil barang di gudang yang kebetulan harus lewat kamar ini, ketika itu lah
dia mendengar suara-suara aneh dan terpancing untuk mendengar dan mengintipnya. Dia langsung
tertunduk-tunduk minta maaf berkali-kali karena dimarahi Dimas yang merasa gusar diintip olehnya.
Namun ketika Dimas merenggut kerah baju pemuda itu dan hendak memukulnya buru-buru aku mencegah dan
menenangkan si Dimas yang bertemperamen tinggi.
“Ehhh…udah-udah, dia kan ga sengaja tadi, kita juga yang salah terlalu keras suaranya…udah lu sana aja
terusin pestanya sama Indah, biar dia gua yang urus, lagian di sini kurang cowoknya” bujukku
mengedipkan sebelah mata pada Dimas.
Kuelus-elus dada Dimas dan berusaha menenangkannya, setelah kubujuk-bujuk akhirnya dia mundur
juga.“Tenang Mas, lu orang terusin aja, biar gua urus yang ini”
Akupun tersenyum padanya mencoba mengajak bicara sambil memegangi kedua lengannya, kurasakan tubuhnya
masih agak gemetar dan tertunduk, entah karena tegang, kaget, atau malu.
“Nama lu Dadan ya ?” tanyaku dengan lembut dan dijawab dengan anggukan kepalanya.“Lu tadi udah ngeliat
apa aja Dan ?” tanyaku lebih lanjut
“Belum liat apa-apa kok Non, sumpah…saya cuma denger suara-suara terus saya cari tau” jawabnya
terbata-bata
“Terus kamu tau apa yang kita kerjain barusan itu ?” dijawab lagi dengan anggukan kepala“Kamu pernah
ngerasain ngentot sebelumnya ?”
“Nggak pernah Non, paling cuma liat di VCD sambil coli”
“Ya udah Dan, berhubung kamu udah disini gimana kalau mbak ajarin kamu soal gituan” aku tersenyum lagi
dan mengangkat wajahnya yang tertunduk, walaupun gugup tapi matanya terus ke arah tubuhku yang polos,
sebentar-sebentar juga melihat ke arah Indah
“Sini Mbak bukain bajunya, biar enakan, ayo…jangan malu-malu disini semua bugil kok !” kulucuti
pakaiannya tanpa menunggu responnya, dia masih malu-malu menutupi penisnya dengan tangan.
Kutepis tangannya dan kugenggam penis yang masih setengah tegang itu, aku berlutut di depannya dan
mulai menjilati benda itu, kemasukkan bagian kepalanya ke mulutku dan kuemut pelan. Aku melirik ke
atas melihat reaksi wajahnya dengan mata merem-melek dan menelan ludah memperhatikan aku mengoralnya.
Makin kukocok benda itu terasa makin keras dan besar, memang ga jumbo size sih, namanya juga ABG, tapi
kerasnya lumayan.“Hmmmhhh…Mbak…geli mbak !” erangnya gemetaran.“Udah jangan cerewet, dikasih enak
gratisan malah bawel, nanti juga ketagihan kok” jawabku.
Tiba-tiba terdengarlah suara musik heavy metal mengalun di kamar ini, sambil terus menyepong
kulirikkan bola mataku ke arah suara. Ternyata si Dimas menyalakan MP3 di komputernya dan menyetel
volume suaranya untuk meredam suara kami.
Kemudian mereka yang tadinya melongo memperhatikanku mengerjai anak muda sudah mulai lagi dengan
kesibukan mereka. Kini Dimas menaikkan kedua tungkai Indah ke bahunya dan kembali melesakkan penisnya
ke vaginanya.
Setelah beberapa kumainkan dalam mulutku, penis itu mulai berkedut-kedut, pemiliknya juga mendesah
makin tak karuan. Akupun semakin dalam menelan benda itu hingga menyentuh daging lunak di
tenggorokanku.
“Mbak…ohhh…enakk banget mbak…aahhh !” desahnya panjang bersamaan dengan spermanya yang ngecret di
dalam mulutkuPipiku sampai kempot mengisap dan menelan cairan itu dengan nikmat, tak setetes pun
tertinggal. Kemudian akupun bangkit berdiri sambil tetap menggenggam penisnya yang masih ngaceng tapi
agak berkurang tegangnya.
“Gimana Dan, pernah diginiin ga sama cewek sebelumnya, rasanya gimana ?” tanyaku dengan senyum
nakal.“Baru pertama kali mbak…he-eh emang enak banget” katanya masih dengan nafas terengah-engah.
“Ini baru pemanasan Dan, masih banyak yang lebih enak kok, yuk sini deh !” kataku seraya menaikkan
pantat ke meja belajar dan mekangkangkan kedua belah paha mulusku.Kubimbing penisnya ke arah vaginaku
yang terkuak lebar, setelah tepat sasaran kusuruh dia menggerakkan pinggulnya ke depan.
Blesss….terbenamlah penis itu ke dalamku diiringi desahan nikmat kami. Tanpa kuajari lagi dia mulai
menggerak-gerakkan pinggulnya maju-mundur, sodokannya walaupun terasa makin mantap tapi rasanya masih
ada yang kurang yaitu dia tidak memberi rangsangan pada bagian sensitifku lainnya, maklumlah namanya
juga perjaka, masih amatiran.
Aku harus terus berinisiatif mengajarinya, maka kutarik kepalanya mendekati payudaraku yang membusung,
kusuruh dia mengeyotnya sepuas hati. Barulah dia mulai berani menjilati dan mengulum payudaraku,
bahkan tangan satunya kini aktif menggerayangi payudaraku yang lain.
Entah karena terlalu nafsu atau kelepasan dia gigit putingku yang kanan dengan cukup keras, sampai aku
menjerit.“Aakkhh…Dan sakit, jangan keras-keras dong !”Di seberang sana Indah sudah dibuat orgasme
entah yang keberapa kalinya.
Tak sampai lima menit berikutnya Dimas pun mendesah panjang mencapai klimaksnya, dia mencabut penisnya
dari vagina Indah dan menumpahkan isinya diatas perut rata Indah. Merekapun roboh bersebelahan, Indah
mengusap-ngusapkan sperma itu ke tubuhnya dan menjilati sisi-sisanya di jari.
Dadan masih terus menyodokku dari depan, gairahku makin memuncak saja, vaginaku terasa makin panas
akibat gesekan dengan penisnya, suara erangan kami terlarut bersama dengan dentuman musik rock dari
komputer.
Bosan dengan posisi ini, dia memintaku ganti gaya. Sekarang kami melakukannya dengan gaya berdiri, aku
berpegangan pada tepi meja sambil disodok dari belakang, dengan posisi demikian tangannya lebih bebas
menggerayangi payudaraku yang bergantung, putingku dipencet dan dipilin-pilin terkadang agak kasar
sampai benda itu mencuat tegang.
“Dan…tambah cepet dong…mbak udah mau nih…!!” aku mengerang lirih saat kurasakan klimaks sudah
diambang.
“Ooohhh…ahhh…saya juga….kok rasanya tambah…enak mbak” sahutnya dengan menambah goyangannya
“Keluarin di…dalam….jangan cabut kontol lu…ahh” kataku dengan suara bergetarKamipun mencapai orgasme
bersama, tubuhku menggelinjang hebat, aku berteriak seolah mengiringi lagu di komputer, kepalaku
terangkat dan mataku merem-melek.
Si Dadan juga mendesah nikmat merasakan orgasme pertamanya bersama seorang wanita. Spermanya menyembur
banyak sekali di dalam rahimku, cairan hangat dan kental itu juga membasahi daerah selangkanganku
serta sebagian meleleh turun ke pahaku.
Tubuhku lemas bersimbah peluh dan jatuh terduduk di kursi terdekat. Kubentangkan pahaku lebar-lebar
agar bagian itu mendapat angin segar, soalnya rasanya panas banget setelah begitu lama bergesekan.
Liang kenikmatanku nampak menganga dan sisa-sisa cairan persengamaan masih menetes sehingga membasahi
kursi di bawahnya.
“Saya mau lagi dong Mbak, abis memek Mbak legit banget sih, lagi yah Mbak !” pintanya sambil
menggenggam penisnya yang masih tegang itu di dekat wajahku.“Iyah, tapi nanti yah, Mbak istirahat
sebentar” jawabku sambil mengelap keringat di wajahku dengan tisu.
Kulihat Dimas bangkit dan mendekatiku, senjatanya sudah dalam posisi siap tempur lagi setelah cukup
istirahat. Dia belai rambutku dan meraih tanganku untuk digenggamkan pada penisnya.
“Yuk, Cit…sambil kumpulin tenaga, kasih senjata gua amunisi dulu dong !” pintanyaAkupun memijati benda
itu diselingi jilatan. Melihat si Dadan yang bengong aku pun menarik tangannya menyuruh berdiri di
sisi kananku.
Maka dihadapanku sekarang mengacunglah dua batang senjata yang saling berhadapan dan masing-masing
kugenggam dengan kedua tanganku. Kugerakkan tangaku mengocok keduanya, mulutku juga turut melayani
silih berganti.
Merasa cukup dengan pemanasan, Dimas menyuruhku berhenti, dan menyuruhku bangun dulu, lalu dia duduki
kursi itu baru menyuruhku duduk lagi di pangkuannya (sepertinya mau gaya berpangkuan deh).
Dengan agak kasar dia menyuruh Dadan menyingkir“Heh, sana lo….kali ini giliran gua tau, jangan ganggu
lagi !”
“Eee…udah jangan galak ah, gitu-gitu juga dia kan yang bantu-bantu lu orang di sini” sahutku mengelus
lengan Dimas.“Dan lu minta mbak yang itu aja buat ngajarin lu” lanjutku “Dah mau yang ajarin dia
bentar kan, masih pemula nih”
Sekarang Dadan tidak segrogi saat pertama main denganku barusan, dia menindih tubuh Indah yang masih
terbaring. Indah mengajarinya teknik berciuman, nampaknya Dadan cepat dalam mempelajari teknik-teknik
bercinta yang kami ajarkan,
Sebentar saja dia sudah nampak beradu lidah dengan panasnya bersama Indah, tangannya juga kini lebih
aktif menjelajahi lekuk-lekuk tubuh Indah memberi rangsangan. Indah yang gairahnya sudah bangkit lagi
merespon dengan tak kalah hebat.
Dia berguling ke samping sehingga dia kini di atas Dadan, lidahnya tetap bermain-main dengan lidah
lawannya sementara tangan lembutnya meraih penis pemuda tanggung itu serta mengocoknya, Dadan
mendesah-desah tak karuan menghadapi keliaran Indah.
Indah membimbing penis itu memasuki vaginanya, dengan posisi berlutut dia turunkan tubuhnya hingga
penis itu melesak masuk ke dalamnya. Kemudian mulailah dia menaik-turunkan tubuhnya dengan gencar
membuat pemuda tanggung itu kelabakan. Kedua tangan Dadan mencengkram kedua payudara Indah dan
meremasinya dengan bernafsu.
Di tempat lain aku sedang asyik menggoyangkan tubuhku di pangkuan Dimas. Vaginaku dihujam penisnya
yang sekeras batu itu. Otot-otot kemaluanku serasa berkontraksi makin cepat memijati miliknya.
Tangannya yang mendekapku dari belakang terus saja menggerayangi payudaraku dengan variasi remasan
lembut dan kasar. Kutengokkan wajahku agar bisa berciuman dengannya, lidah kami saling membelit dan
beradu dengan panasnya.
Beberapa menit kemudian mulutnya merambat ke telingaku, dengusan nafasnya dan jilatannya membuatku
merinding dan makin terbakar birahi. Mulutnya terus mengembara ke tenguk, leher, dan pundakku
meninggalkan bekas liur maupun bercak merah.
Tanpa terasa goyangan tubuh kami semakin dahsyat sampai kursinya ikut bergoyang, kalau saja bahannya
jelek mungkin sudah patah tuh kursi. Posisi ini berlangsung 20 menit lamanya karena kami begitu
terhanyut menikmatinya. Selama itu terdengar dua SMS yang masuk ke ponselku namun tak kuhiraukan agar
tak merusak suasana.
Akhirnya akupun tak bisa menahan orgasmeku, tubuhku kembali menggelinjang dahsyat, pandanganku serasa
berkunang-kunang. Mengetahui aku akan segera keluar, dia makin bergairah, tubuhku ditekan-tekan
sehingga penisnya menusuk lebih dalam, tangannya pun semakin kasar meremasi payudaraku.
“Aaaahhkkkk….!” jeritku bersamaan dengan lagu mp3 yang hampir berakhirKugenggam erat lengan Dimas dan
menggigit bibir merasakan gelombang dahsyat itu melanda tubuhku. Aku merasakan cairan cinta yang
mengalir hangat pada selangkanganku.
Akupun akhirnya bersandar lemas dalam dekapannya, penisnya tetap menancap di vaginaku, nafas kami
tersenggal-senggal dan keringatpun bercucuran dengan derasnya. Kemudian dia angkat tubuhku hingga
penisnya tercabut, tangan satunya menyelinap ke lipatan pahaku.
Diangkatnya tubuhku dengan kedua lengan, aku menjerit kecil saat dia tiba-tiba menaikkanku ke
lengannya karena kaget dan takut jatuh. Dibawanya aku ke ranjang lalu diturunkan di sana, nafasku
belum teratur sehingga nampak sekali dadaku turun naik seperti gunung mau meletus.
Tepat disebelah kami Dadan sedang menindih tubuh telanjang Indah dengan gerak naik-turun yang cepat.
Indah hanya bisa menggelinjang dan mendesah, rambut panjangnya sudah kusut tak karuan, matanya menatap
kosong pada kami.
“Lagi yah Ci, dikit lagi tanggung gua belum keluar nih” pinta Dimas sambil merenggangkan kedua
pahaku.Aku hanya pasrah saja mengikuti apa maunya. Dengan lancar penisnya yang sudah basah dan licin
itu meluncur ke dalam vaginaku, aku mendesis dan meremas sprei saat dia hentakkan pinggulnya hingga
seluruh penisnya masuk.
Lagu dari komputer entah sudah berganti berapa kali, kali ini yang mengalun adalah lagunya Aerosmith
yang dipakai soundtrack film ‘Armageddon’nya Bruce Willis. Lagu ini mengiringi permainan kami dalam
babak ini. Perkasa juga si Dimas ini, dia masih sanggup menggenjotku dengan frekuensi tinggi sampai
tubuhku terguncang hebat, padahal sebelumnya dia sudah membuatku dan Indah orgasme, kekuatannya jauh
lebih meningkat dibanding ketika pertama kali one night stand denganku setahun lalu.
Aku menggenggam tangan Indah dan bertatapan wajah dengannya“Udah berapa kali Ndah ?” tanyaku
bergetar“Nggak tau…udah aahh…keenakan…ga hitung…lagi” jawabnya dengan mata merem melek.
Aku makin tak terkontrol, kepalaku kugelengkan ke kiri-kanan, sesekali aku menggigit jari saking
nikmatnya kocokan Dimas.
Dia mempermainkan birahiku dengan sengaja tidak menyentuh payudaraku membiarkannya bergoyang-goyang
seirama badanku, sehingga aku sendiri yang berinisiatif meraih tangannya dan meletakkannya di
payudaraku, barulah dia mulai memencet-mencet putingku membuatku semakin terbakar.
Akhirnya akupun sudah tidak kuat lagi, perasaan itu kuekspresikan dengan sebuah erangan panjang dan
menarik sprei di bawahku hingga berantakan.“Udah dulu dong, Mas…gua gimana bisa kuliah ntar !” pintaku
dengan terengah-engahTubuhku basah seperti mandi saja, habis AC kamarnya lagi rusak sih, sementara ini
cuma ada kipas angin berukuran sedang, sedangkan iklim di Jakarta tau sendiri kan seperti apa
gerahnya.
Paham dengan kondisiku, dia biarkan aku beristirahat, dikecupnya bibirku dengan lembut disertai
sedikit kata-kata manis dan pujian, setelah itu dia beralih ke Indah untuk menuntaskan hajatnya yang
tinggal sedikit lagi. Kuseka dahiku yang bercucuran keringat lalu kulirikkan arlojiku, 20 menit lagi
jam tiga, harus segera siap-siap kembali ke kampus.
Indah yang sedang dalam posisi dogie digarap dari dua arah oleh mereka. Dadan yang menyodoknya dari
belakang akhirnya klimaks, dia mengeluarkan penisnya dan menyiramkan isinya di punggung dan pantat
Indah.
Si Dimas yang sedang menyetubuhi mulut Indah juga tak lama kemudian menyusul, dia mengerang sambil
menahan kepala Indah pada penisnya. Indah sendiri hanya bisa mengerang tertahan dan matanya merem
melek menerima semprotan sperma Dimas, nampak cairan putih itu meleleh sedikit di pinggir bibir
mungilnya.
Dimas ambruk di sisiku dengan memeluk Indah yang menyandarkan kepalanya ke dada bidangnya, si Dadan
terduduk lemas di bawah ranjang (karena ranjang sudah penuh sesak). Setelah tubuhku cukup stabil,
pelan-pelan aku bangkit menuju kamar mandi dengan langkah gontai.
Disana aku mencuci muka, dan membersihkan ceceran sperma di tubuhku dengan air. Indah masuk ketika aku
sedang duduk di toilet buang air kecil.
“Huh…ngagetin aja lu Dah, rambut acak-acakan kaya kuntilanak gitu lagi !” ujarku“Kuntilanak bajunya
putih oi, ga bugil gini” jawabnya asal, lalu menyalakan kran wastafel.
Setelah selesai berbenah diri, kami mengenakan kembali pakaian kami untuk kembali kuliah. Saat itu jam
sudah menunjukkan hampir pukul tiga, maka itu kami agak terburu-buru sampai aku melupakan ponselku
sehingga pulang kuliah aku harus balik lagi ke sini untuk mengambilnya.
Kami berlari-lari kecil ke kampus, mana ruang kuliahku di lantai tiga lagi, aku sampai ke kelas
terlambat lima menit, untung belum melebihi toleransi keterlambatan. Di kelas pun aku tidak bisa fokus
karena selain masih lelah, dosennya, Pak Iwan ngomongnya juga slow motion, bikin ngantuk saja sehingga
beberapa kali aku menguap.
Temanku di sebelah bahkan bertanya“Baru bangun tidur lu Ci ? kok kusut gitu” karena make up ku memang
agak luntur waktu cuci muka tadi“Iyah nih masih ngantuk tadi di kost temen belum cukup tidurnya”
jawabku tersenyum dipaksa Lelah sekali hari itu sehingga begitu sampai di rumah aku langsung tiduran
dan bangun jam tujuh malam, baru mandi untuk bersiap-siap menunggu jemputan Verna dan lainnya untuk
nge-dugem malam itu.-
Terimakasih Atas Kunjungan Anda.Jangan Lupa Selalu Berkunjung Kembali
supaya tidak ketinggalan Cerita cerita Dewasa Terbaru.
Jika Kamu Menyukai Postingan Ini, Share Ke Teman-Temanmu Di Facebook ya Pulsker!
CERITA SEX DEWASA | CERITA SEX TERBARU | CERITA SEX HOT | NONTON BOKEP
www.LayarLendir.com |
Majalah Bokep - Setelah kejadian kemarin yang aku share kepada pembaca dewasa “mesum didalam mobil” saat itu aku
sedang makan di kantin bersama Sinta, kami bercanda sambil gosipin menunggu jam kuliah masuk, saat itu
pukul 13.00 bisa kebayang jam seperti itu kantin pasti penuh, saking asyknya kita bercanda aku
dikagetkan dengan seseorang yang menpuk pundakku.
“Helo girls, gabung yah, penuh nih !” sapa orang itu yang ternyata si Dimas, salah satu playboy
kampusku yang dua minggu lalu terlibat ML denganku (baca mesum didalam mobil)
“Penuh apa alasan buat bisa deketin kita, heh ?” goda Sinta padanya.
“Iya nih, dasar, itu tuh disana aja kan ada yang kosong, hus…hus..!!” kataku dengan nada
bercanda“Maunya sih…cuma kalo gua disana takutnya ada yang merhatiin gua, jadi mendingan gua deketin
sekalian” kelakarnya dengan gaya khas seorang playboy.“Gila ga tau malu amat, jijay lo !” sambil
kucubit lengannya
Kami bertiga menikmati makan dan obrolan kami semakin seru dengan datangnya pemuda ini. Harus kuakui
Dimas memang pandai berkomunikasi dengan wanita dan menarik perhatian mereka. Dalam empat sekawan
geng-ku saja dia sudah pernah menikmati petualangan sex dengan tiga diantaranya (termasuk aku),
tinggal si Indah yang belum dia rasakan.
“Kuliah jam berapa lagi nih kalian ?” tanyanya“Gua sih masih lama, jam tiga nanti, pulang tanggung”
jawabku“Kalo gua sih sebentar lagi jam satu masuk, BT deh kuliahnya Bu Dinah yang killer itu” jawab
Sinta sambil mengelap mulutnya dengan tisu.
“Halo Ci….hai Nana (Sinta) !” sapa Indah yang tiba-tiba nongol dari keramaian orang lalu duduk di
sebelah Sinta.
Hari itu Indah tampil dengan penampilan barunya yaitu rambutnya yang panjang itu dicat coklat sehingga
nampak seperti cewek indo. Dia terlihat begitu menawan dengan baju pink yang bahunya terbuka dipadu
celana panjang putih.
Kuperkenalkan Dimas pada Indah, berbeda dengan kami bertiga yang dari fakultas yang sama, Sastra
Inggris, Indah berasal dari Fakultas Ekonomi sehingga dia belum mengenal Dimas. Begitu kenal dengan
Indah, Dimas langsung beraksi dengan kata-kata dan pujian gombalnya.
Dengan sifat Indah yang gaul itu mereka cepat akrab dan omongannya nyambung.“Dasar aligator darat”
begitu gumamku dalam hati sambil menyedot minumanku.Tak lama kemudian HP Sinta berdering lalu dia
pamitan karena ada janji mau mengerjakan tugas kelompok dengan temannya di perpustakaan.
Jadi sekarang tinggallah kami bertiga.“Ngapain yah enaknya sambil nunggu, bosen kan disini terus ?”
kata Indah setelah menghabiskan kentang goreng dan minumnya. Ternyata dia sedang menunggu kuliah jam
tiga juga.
“Ke kost gua gimana ? gua sih dah beres ga ada apa-apa lagi” usul DimasKami pun mengiyakan daripada
menunggu dua jam lebih di kampus, di kostnya kan banyak film jadi bisa nonton dulu. Kami pun berjalan
ke gerbang samping yang menuju ke kostnya setelah membayar makan.
Hanya dalam lima menit kami sudah tiba di tujuan. Kostnya cukup besar dan bagus karena termasuk kost
yang mahal di daerah sini, terdiri dari dua tingkat dengan kamar mandi di kamar masing-masing.
Penghuninya campur pria-wanita, tapi menurut Dimas lebih dari setengahnya wanita, makannya dia betah
di sini.“Welcome to my room, sori yah rada berantakan” dia membukakan pintu dan mempersilahkan kami
masuk ke kamarnya di tingkat dua.
Ini bukan pertama kalinya aku ke sini, aku bahkan pernah ML disini saat one night stand dengannya.
Pada temboknya terpampang beberapa poster pemain sepak bola, juga ada sebuah poster anime Kenshin.
Foto pacarnya yang kuliah di luar negri dipajang diatas meja belajarnya yang sedikit acak-acakan.
Kami ngobrol-ngobrol sambil menikmati snack hingga akhirnya obrolan kami mulai menjurus ke masalah
seks. Dimas tanpa basa-basi menawarkan nonton film bokep koleksinya, dipilihnya salah satu vcd bokep
Jepang favoritnya.
Aku tidak ingat judulnya, yang pasti adegannya membuatku merinding. Kami bertiga hening menatapi layar
komputer seakan terhanyut dalam adegan yang pemerkosaan masal seorang wanita oleh beberapa pria,
sperma pria-pria itu berhamburan membasahi si wanita.
Darahku serasa memanas dan selangkanganku mulai basah. Indah di sebelahku juga mulai gelisah, dia
terlihat menggesek-gesekkan kedua pahanya. Dan, si Dimas….oh dia meremas-remas tangan Indah, dia juga
mulai berani mengelus lengannya.
Melihat reaksi Indah yang malu-malu mau dan sudah terangsang berat, Dimas makin berani mendekatkan
mulutnya ke pundak Indah yang terbuka. Indah menggelinjang kecil merasakan hembusan nafas Dimas pada
leher dan pundaknya.
Karena sudah merasa horny, ditambah lagi Dimas dan Indah mulai beraksi, akupun tidak malu-malu lagi
mengekspresikan nafsuku pada Indah yang duduk paling dekat denganku. Tanganku merayap lewat bagian
bawah bajunya dan terus menyelinap ke balik bra-nya.
Aku dapat merasakan putingnya makin mengeras ketika kumain-mainkan dengan jariku. Mulutku saling
berpagutan dengannya, lidah kami saling beradu dan bertukar ludah. Sementara di sebelah sana, Dimas
mulai menjilati leher dan pundaknya, disibakkannya rambut panjang itu lalu dihirupnya wangi tubuhnya
sebelum cupangannya berlanjut ke leher dan belakang telinganya.
Indah mendesah tertahan menikmati perlakuan ini, tangannya mulai bergerak meraih penis Dimas yang
masih tertutup celana jeansnya, diraba-rabanya benda yang sudah mengeras itu dari luar. Ciuman Dimas
menurun lagi ke bahu Indah sambil menurunkan pakaian dengan bahu terbuka itu secara perlahan-lahan,
suatu cara profesional dan erotis dalam menelanjangi seorang wanita.
Aku juga ikut menurunkan pakaian Indah dari sebelah kiri sehingga pakaian itu sekarang menggantung di
perutnya. Dengan cekatan Dimas menurunkan cup BH kanannya dan langsung melumatnya dengan rakus.
Indah melenguh merasakan payudaranya dihisap kuat oleh Dimas. Aku sekarang melepaskan pakaianku
sendiri hingga bugil lalu mendekati Dimas yang sudah merebahkan tubuh Indah di ranjangnya. Kupeluk
pinggangnya dari belakang dan melepaskan sabuknya disusul resleting celananya.
Dimas berhenti sejenak untuk membiarkanku melucuti dirinya, disaat yang sama Indah juga melepasi
pakaiannya. Kini kami bertiga sudah telanjang bulat. Kami menyuruh Dimas rebahan di ranjang agar bisa
menservis penisnya. Penis yang sudah mengeras kukocok dan kujilati, lalu kumasukkan ke mulutku.
Bersama dengan Indah, kami bergantian melayani ‘adik’ Dimas dengan jilatan dan emutan. Indah melakukan
aktivitasnya dengan terngkurap diatas tubuh Dimas dengan kata lain mereka dalam posisi 69, jadi Dimas
bisa menikmati vagina Indah sementara kami berdua menikmati penisnya.
Dimas sangat menikmati vagina Indah, hal ini nampak dari cara dia menjilat dan menyedot liang itu,
terkadang suara hisapannya terdengar jelas sehingga membuat Indah mengerang pendek. Beberapa menit
kemudian Indah mengerang lebih panjang dan suara seruput Dimas terdengar lebih jelas, ternyata Indah
sudah mencapai orgasme pertama.
Dimas mengganti posisi, Indah disuruh telungkup di ranjang dan pantatnya diangkat menungging, Dimas
sendiri mengambil posisi di belakangnya dan mengarahkan senjatanya ke vagina Indah. Indah merintih
sambil meremas sprei menikmati penis Dimas melesak masuk membelah bibir bawahnya.
Ketika penis itu masuk sebagian, Dimas menghentakkan pinggulnya dengan bertenaga sehingga penisnya
amblas seluruhnya dalam vagina Indah. Tubuhnya tersentak pelan dengan mata membelakak diikuti dengan
erangan nikmatnya.
Dimas memompa Indah dengan gerakan-gerakan yang mantap dan erotis sehingga Indah tidak sanggup berkata
apa-apa selain mengap-mengap keenakan. Kedua tangannya menjelajahi payudara Indah yang berukuran
sedang tapi padat, kedua putingnya dipencet-pencet atau dipelintir.
Aku sendiri yang tidak tahan hanya menonton mengambil posisi berselonjor di depan Indah, kedua pahaku
kubuka lebar dan kudekatkan ke wajah Indah.“Dah…jilatin punya gua yah…ga tahan nih !”Indah mulai
menjilati paha dan vaginaku, lidahnya menari-nari menggelikitik klitorisku yang sudah menegang
sementara tangannya meraih payudaraku dan mencubit-cubit putingku.
Lidah Indah memberi rangsangan tak terkira pada kemaluanku sehingga aku tidak tahan untuk tak
mendesah. Desahan kami bertiga pun terdengar memenuhi kamar ini. Kami berganti posisi menjadi woman on
top, Indah bergoyang di atas penis Dimas dan aku naik ke wajah Dimas berhadapan dengan Indah, kini
vaginaku dilayani oleh Dimas dengan lidahnya.
Sambil terus bergoyang aku berciuman dengan Indah, aku kembali menikmati lidah sesama jenisku, kami
bercipokan sambil mengeluarkan desahan-desahan tertahan. Ciuman Indah terus turun ke leherku hingga
berhenti di payudara kananku, sebuah gigitan kecil disertai hisapan pada daerah itu membuatku
menggeliat, disusul tangan Dimas menjulur dari bawah mencaplok yang kiri.
Ooohh…sepertinya bagian sensitifku diserang semua, lidah Dimas yang dikeraskan itu melesak masuk lebih
dalam dan bergoyang menggelikitik dinding kemaluanku, tangannya yang satu meremas dan sesekali menepuk
pantatku yang sekal.
Aku semakin erat mendekap Indah sambil satu tanganku meremas payudaranya. Tak lama kemudian aku merasa
sesuatu yang mendesak keluar dari bawah sana, ahh…aku tak sanggup lagi menahan cairan cinta yang mulai
membasahi vaginaku.
Hal yang sama juga dialami Indah tak lama kemudian, dia melepas emutannya pada putingku, nafasnya
makin memburu dan dia menaik-turunkan tubuhnya dengan lebih cepat.
Tubuh kami berdua mengejang hebat dan erangan klimaks keluar dari mulut kami. Dimas menusuk-nusukkan
jarinya ke vaginaku membuat cairan itu makin membanjir dan tubuhku makin tak terkendali, aku mendesah
panjang tanpa mempedulikan rasa sakit dari kuku Indah yang mencakar lenganku.
Cairanku diseruput Dimas dengan rakusnya, vagina Indah juga mengeluarkan banyak cairan sehingga
menimbulkan bunyi kecipak air. Goyangan kami mulai mereda, kami berpelukan menikmati sisa-sisa orgasme
barusan, kami menghimpun nafas kami yang kacau balau, keringat seperti embun membasahi dahi dan tubuh
kami.
Akhirnya kujatuhkan diriku ke samping dan Indah jatuh di dekapan Dimas. Dimas menoleh ke samping
bertatapan muka denganku lalu mengembangkan senyum, nampak mulutnya masih basah oleh cairan cintaku.
Hebat juga dia, bisa membuat dua wanita klimaks dalam waktu hampir bersamaan, begitu pujiku dalam
hati.
“Gimana girls, ready for next round ? gua belum keluar nih” katanya sambil mengelus rambut panjang
Indah.
“Hhhh…lu duaan aja dulu deh, gua kumpul tenaga dulu. Heh sialan lu Ndah, pakai cakar-cakaran segala
sakit tau, nih !” omelku memperlihatkan bekas cakaran di lengan kiriku yang sedikit berdarah sambil
mencubit lengannya.
“Hihihi…sory dong Ci, tadi kan kita lagi lupa daratan lagi, yang penting kan enjoy juga” jawabnya
santai sambil tersenyum kecil.Sebentar kemudian Dimas sudah membalikkan tubuh Indah menjadi telentang
dibawahnya, lalu kembali penisnya dimasukkan ke vagina Indah diiringi desahannya.
Ranjang ini sudah mulai bergetar lagi oleh goyangan tubuh mereka. Sambil menggenjot Dimas meraih
payudaraku dan memencetnya lembut sebagai sinyal mengajakku segera bergabung.“Ntar yah, gua mo minum
dulu nih, haus” kataku sambil bangkit berdiri dan mengambil sebuah gelas, aku membuka kran dispenser
yang terletak di dekat jendela untuk mengisi air.
Ketika sedang meneguk air tiba-tiba aku mendengar suara kresek-kresek di pintu. Kutajamkan
pendengaranku dan melihat ada seperti bayangan di celah bawah pintu, pasti seseorang mengintip kami
pikirku.
Aku tadinya bermaksud memberitahu mereka, tapi sebaiknya kuselidiki sendiri karena mereka sedang sibuk
berpacu dengan nafsu sampai tidak begitu menghiraukanku. Kusingkap sedikit tirai jendela untuk melihat
siapa di luar sana, ada seseorang pria sedang menempelkan telinganya pada pintu, dia juga berusaha
mencari-cari lubang untuk mengintip, tapi wajahnya tidak jelas.
Dalam pikiranku terbesit sebaiknya kuajak saja dia untuk meramaikan, mumpung aku daritadi belum
dimasuki penis karena Dimas sedang asyik menggumuli Indah. Maka sebelumnya aku melihat dulu sekeliling
apa ada orang lain lagi selain dia, letak kamar ini cukup strategis agak ujung dan jauh dari
keramaian,
Setelah yakin tidak ada siapapun lagi selain pengintip ini kuberanikan diri membuka pintu
mengejutkannya. Pelan-pelan gagang pintu kuputar dan…hiya…orang itu terdorong masuk karena sedang
menyandarkan tubuhnya pada pintu, dengan cekatan pintu kembali kututup. Orang itu benar-benar
terkejut, bingung, dan terangsang melihat sekelilingnya bugil dan ada yang bersenggama pula.
Dimas dan Indah yang sedang berasyik-masyuk kontan ikut terkejut, Indah menyambar guling untuk
menutupi tubuhnya dan menjerit kecil. Belakangan aku tahu dia adalah kacung di kost ini, namanya
Dadan, usianya masih 17 tahun, anaknya tinggi kurus dan berkulit sawo matang.
Tadinya dia cuma mau mengambil barang di gudang yang kebetulan harus lewat kamar ini, ketika itu lah
dia mendengar suara-suara aneh dan terpancing untuk mendengar dan mengintipnya. Dia langsung
tertunduk-tunduk minta maaf berkali-kali karena dimarahi Dimas yang merasa gusar diintip olehnya.
Namun ketika Dimas merenggut kerah baju pemuda itu dan hendak memukulnya buru-buru aku mencegah dan
menenangkan si Dimas yang bertemperamen tinggi.
“Ehhh…udah-udah, dia kan ga sengaja tadi, kita juga yang salah terlalu keras suaranya…udah lu sana aja
terusin pestanya sama Indah, biar dia gua yang urus, lagian di sini kurang cowoknya” bujukku
mengedipkan sebelah mata pada Dimas.
Kuelus-elus dada Dimas dan berusaha menenangkannya, setelah kubujuk-bujuk akhirnya dia mundur
juga.“Tenang Mas, lu orang terusin aja, biar gua urus yang ini”
Akupun tersenyum padanya mencoba mengajak bicara sambil memegangi kedua lengannya, kurasakan tubuhnya
masih agak gemetar dan tertunduk, entah karena tegang, kaget, atau malu.
“Nama lu Dadan ya ?” tanyaku dengan lembut dan dijawab dengan anggukan kepalanya.“Lu tadi udah ngeliat
apa aja Dan ?” tanyaku lebih lanjut
“Belum liat apa-apa kok Non, sumpah…saya cuma denger suara-suara terus saya cari tau” jawabnya
terbata-bata
“Terus kamu tau apa yang kita kerjain barusan itu ?” dijawab lagi dengan anggukan kepala“Kamu pernah
ngerasain ngentot sebelumnya ?”
“Nggak pernah Non, paling cuma liat di VCD sambil coli”
“Ya udah Dan, berhubung kamu udah disini gimana kalau mbak ajarin kamu soal gituan” aku tersenyum lagi
dan mengangkat wajahnya yang tertunduk, walaupun gugup tapi matanya terus ke arah tubuhku yang polos,
sebentar-sebentar juga melihat ke arah Indah
“Sini Mbak bukain bajunya, biar enakan, ayo…jangan malu-malu disini semua bugil kok !” kulucuti
pakaiannya tanpa menunggu responnya, dia masih malu-malu menutupi penisnya dengan tangan.
Kutepis tangannya dan kugenggam penis yang masih setengah tegang itu, aku berlutut di depannya dan
mulai menjilati benda itu, kemasukkan bagian kepalanya ke mulutku dan kuemut pelan. Aku melirik ke
atas melihat reaksi wajahnya dengan mata merem-melek dan menelan ludah memperhatikan aku mengoralnya.
Makin kukocok benda itu terasa makin keras dan besar, memang ga jumbo size sih, namanya juga ABG, tapi
kerasnya lumayan.“Hmmmhhh…Mbak…geli mbak !” erangnya gemetaran.“Udah jangan cerewet, dikasih enak
gratisan malah bawel, nanti juga ketagihan kok” jawabku.
Tiba-tiba terdengarlah suara musik heavy metal mengalun di kamar ini, sambil terus menyepong
kulirikkan bola mataku ke arah suara. Ternyata si Dimas menyalakan MP3 di komputernya dan menyetel
volume suaranya untuk meredam suara kami.
Kemudian mereka yang tadinya melongo memperhatikanku mengerjai anak muda sudah mulai lagi dengan
kesibukan mereka. Kini Dimas menaikkan kedua tungkai Indah ke bahunya dan kembali melesakkan penisnya
ke vaginanya.
Setelah beberapa kumainkan dalam mulutku, penis itu mulai berkedut-kedut, pemiliknya juga mendesah
makin tak karuan. Akupun semakin dalam menelan benda itu hingga menyentuh daging lunak di
tenggorokanku.
“Mbak…ohhh…enakk banget mbak…aahhh !” desahnya panjang bersamaan dengan spermanya yang ngecret di
dalam mulutkuPipiku sampai kempot mengisap dan menelan cairan itu dengan nikmat, tak setetes pun
tertinggal. Kemudian akupun bangkit berdiri sambil tetap menggenggam penisnya yang masih ngaceng tapi
agak berkurang tegangnya.
“Gimana Dan, pernah diginiin ga sama cewek sebelumnya, rasanya gimana ?” tanyaku dengan senyum
nakal.“Baru pertama kali mbak…he-eh emang enak banget” katanya masih dengan nafas terengah-engah.
“Ini baru pemanasan Dan, masih banyak yang lebih enak kok, yuk sini deh !” kataku seraya menaikkan
pantat ke meja belajar dan mekangkangkan kedua belah paha mulusku.Kubimbing penisnya ke arah vaginaku
yang terkuak lebar, setelah tepat sasaran kusuruh dia menggerakkan pinggulnya ke depan.
Blesss….terbenamlah penis itu ke dalamku diiringi desahan nikmat kami. Tanpa kuajari lagi dia mulai
menggerak-gerakkan pinggulnya maju-mundur, sodokannya walaupun terasa makin mantap tapi rasanya masih
ada yang kurang yaitu dia tidak memberi rangsangan pada bagian sensitifku lainnya, maklumlah namanya
juga perjaka, masih amatiran.
Aku harus terus berinisiatif mengajarinya, maka kutarik kepalanya mendekati payudaraku yang membusung,
kusuruh dia mengeyotnya sepuas hati. Barulah dia mulai berani menjilati dan mengulum payudaraku,
bahkan tangan satunya kini aktif menggerayangi payudaraku yang lain.
Entah karena terlalu nafsu atau kelepasan dia gigit putingku yang kanan dengan cukup keras, sampai aku
menjerit.“Aakkhh…Dan sakit, jangan keras-keras dong !”Di seberang sana Indah sudah dibuat orgasme
entah yang keberapa kalinya.
Tak sampai lima menit berikutnya Dimas pun mendesah panjang mencapai klimaksnya, dia mencabut penisnya
dari vagina Indah dan menumpahkan isinya diatas perut rata Indah. Merekapun roboh bersebelahan, Indah
mengusap-ngusapkan sperma itu ke tubuhnya dan menjilati sisi-sisanya di jari.
Dadan masih terus menyodokku dari depan, gairahku makin memuncak saja, vaginaku terasa makin panas
akibat gesekan dengan penisnya, suara erangan kami terlarut bersama dengan dentuman musik rock dari
komputer.
Bosan dengan posisi ini, dia memintaku ganti gaya. Sekarang kami melakukannya dengan gaya berdiri, aku
berpegangan pada tepi meja sambil disodok dari belakang, dengan posisi demikian tangannya lebih bebas
menggerayangi payudaraku yang bergantung, putingku dipencet dan dipilin-pilin terkadang agak kasar
sampai benda itu mencuat tegang.
“Dan…tambah cepet dong…mbak udah mau nih…!!” aku mengerang lirih saat kurasakan klimaks sudah
diambang.
“Ooohhh…ahhh…saya juga….kok rasanya tambah…enak mbak” sahutnya dengan menambah goyangannya
“Keluarin di…dalam….jangan cabut kontol lu…ahh” kataku dengan suara bergetarKamipun mencapai orgasme
bersama, tubuhku menggelinjang hebat, aku berteriak seolah mengiringi lagu di komputer, kepalaku
terangkat dan mataku merem-melek.
Si Dadan juga mendesah nikmat merasakan orgasme pertamanya bersama seorang wanita. Spermanya menyembur
banyak sekali di dalam rahimku, cairan hangat dan kental itu juga membasahi daerah selangkanganku
serta sebagian meleleh turun ke pahaku.
Tubuhku lemas bersimbah peluh dan jatuh terduduk di kursi terdekat. Kubentangkan pahaku lebar-lebar
agar bagian itu mendapat angin segar, soalnya rasanya panas banget setelah begitu lama bergesekan.
Liang kenikmatanku nampak menganga dan sisa-sisa cairan persengamaan masih menetes sehingga membasahi
kursi di bawahnya.
“Saya mau lagi dong Mbak, abis memek Mbak legit banget sih, lagi yah Mbak !” pintanya sambil
menggenggam penisnya yang masih tegang itu di dekat wajahku.“Iyah, tapi nanti yah, Mbak istirahat
sebentar” jawabku sambil mengelap keringat di wajahku dengan tisu.
Kulihat Dimas bangkit dan mendekatiku, senjatanya sudah dalam posisi siap tempur lagi setelah cukup
istirahat. Dia belai rambutku dan meraih tanganku untuk digenggamkan pada penisnya.
“Yuk, Cit…sambil kumpulin tenaga, kasih senjata gua amunisi dulu dong !” pintanyaAkupun memijati benda
itu diselingi jilatan. Melihat si Dadan yang bengong aku pun menarik tangannya menyuruh berdiri di
sisi kananku.
Maka dihadapanku sekarang mengacunglah dua batang senjata yang saling berhadapan dan masing-masing
kugenggam dengan kedua tanganku. Kugerakkan tangaku mengocok keduanya, mulutku juga turut melayani
silih berganti.
Merasa cukup dengan pemanasan, Dimas menyuruhku berhenti, dan menyuruhku bangun dulu, lalu dia duduki
kursi itu baru menyuruhku duduk lagi di pangkuannya (sepertinya mau gaya berpangkuan deh).
Dengan agak kasar dia menyuruh Dadan menyingkir“Heh, sana lo….kali ini giliran gua tau, jangan ganggu
lagi !”
“Eee…udah jangan galak ah, gitu-gitu juga dia kan yang bantu-bantu lu orang di sini” sahutku mengelus
lengan Dimas.“Dan lu minta mbak yang itu aja buat ngajarin lu” lanjutku “Dah mau yang ajarin dia
bentar kan, masih pemula nih”
Sekarang Dadan tidak segrogi saat pertama main denganku barusan, dia menindih tubuh Indah yang masih
terbaring. Indah mengajarinya teknik berciuman, nampaknya Dadan cepat dalam mempelajari teknik-teknik
bercinta yang kami ajarkan,
Sebentar saja dia sudah nampak beradu lidah dengan panasnya bersama Indah, tangannya juga kini lebih
aktif menjelajahi lekuk-lekuk tubuh Indah memberi rangsangan. Indah yang gairahnya sudah bangkit lagi
merespon dengan tak kalah hebat.
Dia berguling ke samping sehingga dia kini di atas Dadan, lidahnya tetap bermain-main dengan lidah
lawannya sementara tangan lembutnya meraih penis pemuda tanggung itu serta mengocoknya, Dadan
mendesah-desah tak karuan menghadapi keliaran Indah.
Indah membimbing penis itu memasuki vaginanya, dengan posisi berlutut dia turunkan tubuhnya hingga
penis itu melesak masuk ke dalamnya. Kemudian mulailah dia menaik-turunkan tubuhnya dengan gencar
membuat pemuda tanggung itu kelabakan. Kedua tangan Dadan mencengkram kedua payudara Indah dan
meremasinya dengan bernafsu.
Di tempat lain aku sedang asyik menggoyangkan tubuhku di pangkuan Dimas. Vaginaku dihujam penisnya
yang sekeras batu itu. Otot-otot kemaluanku serasa berkontraksi makin cepat memijati miliknya.
Tangannya yang mendekapku dari belakang terus saja menggerayangi payudaraku dengan variasi remasan
lembut dan kasar. Kutengokkan wajahku agar bisa berciuman dengannya, lidah kami saling membelit dan
beradu dengan panasnya.
Beberapa menit kemudian mulutnya merambat ke telingaku, dengusan nafasnya dan jilatannya membuatku
merinding dan makin terbakar birahi. Mulutnya terus mengembara ke tenguk, leher, dan pundakku
meninggalkan bekas liur maupun bercak merah.
Tanpa terasa goyangan tubuh kami semakin dahsyat sampai kursinya ikut bergoyang, kalau saja bahannya
jelek mungkin sudah patah tuh kursi. Posisi ini berlangsung 20 menit lamanya karena kami begitu
terhanyut menikmatinya. Selama itu terdengar dua SMS yang masuk ke ponselku namun tak kuhiraukan agar
tak merusak suasana.
Akhirnya akupun tak bisa menahan orgasmeku, tubuhku kembali menggelinjang dahsyat, pandanganku serasa
berkunang-kunang. Mengetahui aku akan segera keluar, dia makin bergairah, tubuhku ditekan-tekan
sehingga penisnya menusuk lebih dalam, tangannya pun semakin kasar meremasi payudaraku.
“Aaaahhkkkk….!” jeritku bersamaan dengan lagu mp3 yang hampir berakhirKugenggam erat lengan Dimas dan
menggigit bibir merasakan gelombang dahsyat itu melanda tubuhku. Aku merasakan cairan cinta yang
mengalir hangat pada selangkanganku.
Akupun akhirnya bersandar lemas dalam dekapannya, penisnya tetap menancap di vaginaku, nafas kami
tersenggal-senggal dan keringatpun bercucuran dengan derasnya. Kemudian dia angkat tubuhku hingga
penisnya tercabut, tangan satunya menyelinap ke lipatan pahaku.
Diangkatnya tubuhku dengan kedua lengan, aku menjerit kecil saat dia tiba-tiba menaikkanku ke
lengannya karena kaget dan takut jatuh. Dibawanya aku ke ranjang lalu diturunkan di sana, nafasku
belum teratur sehingga nampak sekali dadaku turun naik seperti gunung mau meletus.
Tepat disebelah kami Dadan sedang menindih tubuh telanjang Indah dengan gerak naik-turun yang cepat.
Indah hanya bisa menggelinjang dan mendesah, rambut panjangnya sudah kusut tak karuan, matanya menatap
kosong pada kami.
“Lagi yah Ci, dikit lagi tanggung gua belum keluar nih” pinta Dimas sambil merenggangkan kedua
pahaku.Aku hanya pasrah saja mengikuti apa maunya. Dengan lancar penisnya yang sudah basah dan licin
itu meluncur ke dalam vaginaku, aku mendesis dan meremas sprei saat dia hentakkan pinggulnya hingga
seluruh penisnya masuk.
Lagu dari komputer entah sudah berganti berapa kali, kali ini yang mengalun adalah lagunya Aerosmith
yang dipakai soundtrack film ‘Armageddon’nya Bruce Willis. Lagu ini mengiringi permainan kami dalam
babak ini. Perkasa juga si Dimas ini, dia masih sanggup menggenjotku dengan frekuensi tinggi sampai
tubuhku terguncang hebat, padahal sebelumnya dia sudah membuatku dan Indah orgasme, kekuatannya jauh
lebih meningkat dibanding ketika pertama kali one night stand denganku setahun lalu.
Aku menggenggam tangan Indah dan bertatapan wajah dengannya“Udah berapa kali Ndah ?” tanyaku
bergetar“Nggak tau…udah aahh…keenakan…ga hitung…lagi” jawabnya dengan mata merem melek.
Aku makin tak terkontrol, kepalaku kugelengkan ke kiri-kanan, sesekali aku menggigit jari saking
nikmatnya kocokan Dimas.
Dia mempermainkan birahiku dengan sengaja tidak menyentuh payudaraku membiarkannya bergoyang-goyang
seirama badanku, sehingga aku sendiri yang berinisiatif meraih tangannya dan meletakkannya di
payudaraku, barulah dia mulai memencet-mencet putingku membuatku semakin terbakar.
Akhirnya akupun sudah tidak kuat lagi, perasaan itu kuekspresikan dengan sebuah erangan panjang dan
menarik sprei di bawahku hingga berantakan.“Udah dulu dong, Mas…gua gimana bisa kuliah ntar !” pintaku
dengan terengah-engahTubuhku basah seperti mandi saja, habis AC kamarnya lagi rusak sih, sementara ini
cuma ada kipas angin berukuran sedang, sedangkan iklim di Jakarta tau sendiri kan seperti apa
gerahnya.
Paham dengan kondisiku, dia biarkan aku beristirahat, dikecupnya bibirku dengan lembut disertai
sedikit kata-kata manis dan pujian, setelah itu dia beralih ke Indah untuk menuntaskan hajatnya yang
tinggal sedikit lagi. Kuseka dahiku yang bercucuran keringat lalu kulirikkan arlojiku, 20 menit lagi
jam tiga, harus segera siap-siap kembali ke kampus.
Indah yang sedang dalam posisi dogie digarap dari dua arah oleh mereka. Dadan yang menyodoknya dari
belakang akhirnya klimaks, dia mengeluarkan penisnya dan menyiramkan isinya di punggung dan pantat
Indah.
Si Dimas yang sedang menyetubuhi mulut Indah juga tak lama kemudian menyusul, dia mengerang sambil
menahan kepala Indah pada penisnya. Indah sendiri hanya bisa mengerang tertahan dan matanya merem
melek menerima semprotan sperma Dimas, nampak cairan putih itu meleleh sedikit di pinggir bibir
mungilnya.
Dimas ambruk di sisiku dengan memeluk Indah yang menyandarkan kepalanya ke dada bidangnya, si Dadan
terduduk lemas di bawah ranjang (karena ranjang sudah penuh sesak). Setelah tubuhku cukup stabil,
pelan-pelan aku bangkit menuju kamar mandi dengan langkah gontai.
Disana aku mencuci muka, dan membersihkan ceceran sperma di tubuhku dengan air. Indah masuk ketika aku
sedang duduk di toilet buang air kecil.
“Huh…ngagetin aja lu Dah, rambut acak-acakan kaya kuntilanak gitu lagi !” ujarku“Kuntilanak bajunya
putih oi, ga bugil gini” jawabnya asal, lalu menyalakan kran wastafel.
Setelah selesai berbenah diri, kami mengenakan kembali pakaian kami untuk kembali kuliah. Saat itu jam
sudah menunjukkan hampir pukul tiga, maka itu kami agak terburu-buru sampai aku melupakan ponselku
sehingga pulang kuliah aku harus balik lagi ke sini untuk mengambilnya.
Kami berlari-lari kecil ke kampus, mana ruang kuliahku di lantai tiga lagi, aku sampai ke kelas
terlambat lima menit, untung belum melebihi toleransi keterlambatan. Di kelas pun aku tidak bisa fokus
karena selain masih lelah, dosennya, Pak Iwan ngomongnya juga slow motion, bikin ngantuk saja sehingga
beberapa kali aku menguap.
Temanku di sebelah bahkan bertanya“Baru bangun tidur lu Ci ? kok kusut gitu” karena make up ku memang
agak luntur waktu cuci muka tadi“Iyah nih masih ngantuk tadi di kost temen belum cukup tidurnya”
jawabku tersenyum dipaksa Lelah sekali hari itu sehingga begitu sampai di rumah aku langsung tiduran
dan bangun jam tujuh malam, baru mandi untuk bersiap-siap menunggu jemputan Verna dan lainnya untuk
nge-dugem malam itu.-
Terimakasih Atas Kunjungan Anda.Jangan Lupa Selalu Berkunjung Kembali
supaya tidak ketinggalan Cerita cerita Dewasa Terbaru.
Jika Kamu Menyukai Postingan Ini, Share Ke Teman-Temanmu Di Facebook ya Pulsker!
CERITA SEX DEWASA | CERITA SEX TERBARU | CERITA SEX HOT | NONTON BOKEP
Cerita Sex Terbaru Horny Di Kost an
Reviewed by Layar Lendir
on
Januari 27, 2018
Rating:
Tidak ada komentar: