Cerita Sex Hot Bercinta Dengan Wanita Bunting
Majalah Bokep - ku akan sedikit cerita tentang pengalamanku tentang sex perkenalkan namaku Ratna umurku 19 tahun,
kata orang aku mempunyai wajah cantik dan mempunyai payudara yang montok, aku sudah menikah setahun
yang lalu dengan suamiku yang bernama Yeyen, dia berprfesi sebagai buruh tani dan pekerjaan tidak
tetap.
Meski demikian, aku sangat menyayangi Yeyen apa adanya. Untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari,
aku bekerja sebagai penjual jamu gendong keliling, di desa tempat tinggalku daerah Jawa Tengah.
Aku tidak sampai hati memaksa Yeyen untuk memenuhi seluruh kebutuhan keluarga seorang diri, sehingga
dari pagi hingga sore aku bekerja tanpa mengenal lelah.
Belum lagi tanggunganku terhadap Ibuku yang sudah lanjut usia dan mulai sakit-sakitan. Tapi apa mau
dikata, semua ini demi keadaan yang lebih baik.
Saat ini aku sudah hamil 4 bulan, perutku sudah mulai membesar meski belum begitu terlihat. Yeyen pun
semakin perhatian, ia sering berangkat bekerja lebih siang untuk membantuku membuat jamu yang akan
kujual. Aku senang, meski begitu aku tetap menyuruh Yeyen bekerja tepat waktu karena aku tidak mau
upahnya dipotong hanya karena terlambat.
Kami berdua sangat rukun meski keadaan ekonomi kami cukup sulit. Seperti biasa, pagi-pagi aku
berangkat ke pasar untuk membeli bahan-bahan daganganku. Semua tersusun rapi di dalam keranjang
gendong di punggungku. Sampai rumah aku racik semua bahan-bahan tadi dalam sebuah kuali besar dan aku
masukkan dalam botol-botol air mineral ukuran besar.
“Wah, rAdin sekali istriku.” Yeyen menyapaku dan memberikan sebuah kecupan hangat di keningku.
Aku pun membalasnya dengan ciuman di pipinya sebelah kanan.
“Sudah mau berangkat ke ladang Pak Karjo?” Tanyaku.
“Iya, mungkin sebentar lagi, hari ini ladangnya akan ditanam ulang setelah kemarin panen. Mungkin
nanti aku tidak bisa mengantarmu sampai ujung jalan karena Pak Karjo akan marah jika aku sampai
terlambat.” Jawab suamiku.
“Tidak apa-apa, ini semua kan demi keluarga kita” Aku meyakinkannya sambil mengelus pipinya.
“Tapi nanti hati-hati Ratna, ingat kamu sedang hamil. Aku tidak mau terjadi apa-apa dengan anak kita.”
”Iya, suamiku.” Jawabku mengakhiri obrolan kami.
Sebentar saja suamiku minta pamit padaku untuk segera berangkat ke ladang Pak Karjo. Tak lupa aku
memberikan rantang berisi makanan yang tadi telah aku siapkan. Setelah sedikit berbenah, akhirnya
semua jamu sudah aku siapkan dan sudah aku masukkan ke keranjangku.
Waktu juga sudah menunjuk pukul 09.00, berarti sudah saatnya aku mulai menjajakan jamu. Sebelumnya aku
siap-siap dahulu dengan mengenakan kaos pendek warna putih dan rok selutut.
Aku gendong keranjang berisi bermacam-macam jamu, aku kaitkan dengan selendang dengan tumpuan diantara
dua payudaraku. Sehingga dadaku nampak menonjol sekali, belum lagi bawaan jamu yang cukup berat yang
membuatku sedikit membusung hingga mencetak dengan jelas kedua dadaku.
Setelah semuanya siap, aku segera berangkat berkeliling menjajakan jamu, tak lupa aku mengunci pintu
depan dan belakang rumah warisan ayah Yeyen. Setiap hari rute perjalananku tidaklah sama, aku selalu
mencari jalan baru sehingga orang-orang tidak akan bosan dengan jamu buatanku. Karena setiap hari aku
bertemu dengan orang yang berbeda. Kali ini aku berjalan melewati bagian selatan desaku.
“Jamu, Jamuuu.” Begitu teriakku setiap kali aku melewati rumah penduduk.
“Mbakk, Mbakk, Jamunya satu.” Teriak seorang wanita.
“Mau jamu apa mbak?” tanyaku.
“Kunir Asem satu gelas saja mbak.” Pintanya.
Segera aku tuangkan segelas jamu kunir asem yang aku tambahkan sedikit gula merah. Setelah itu aku
berkeliling menjajakan jamu kembali.
Siang itu begitu terik, hingga kaosku basah oleh keringat. Tapi aku tak peduli, toh penjualan hari ini
cukup lumayan. Paling tidak sudah balik modal dari bahan-bahan tadi yang kubeli. Aku melangkah
menyisir hamparan sawah dengan tanaman padi yang sudah mulai menguning.
Memang mayoritas pekerjaan penduduk di Daerah tempatku tinggal adalah petani. Sehingga mulai dari
anak-anak hingga dewasa sudah terbiasa dengan pekerjaan bercocok tanam.
Aku melanjutkan perjalananku dan melewati sebuah gubuk sawah dimana para buruh tani sedang
beristirahat karena sudah tengah hari. Belum sempat aku menawarkan mereka jamu, salah satu dari mereka
sudah memanggil.
”Mbak, mbakk, jualan apa mbak?” tanya salah seorang dari mereka.
“Anu, saya jualan jamu mas, ada jamu kunir asem, beras kencur, jamu pahitan, dan jamu pegel linu.”
Jawabku sambil menunjukkan isi keranjangku.
”Ohh, kalau begitu saya minta beras kencurnya satu mbak.” kata salah seorang dari mereka.
Segera kuturunkan keranjang bawaanku dan memberikan pesanannya.Mereka semua ada bertiga, salah satu
dari mereka sepertinya masih smp.
Aku duduk di pinggir gubuk tersebut. Sembari beristirahat dari teriknya siang hari. Mereka mengajakku
berkenalan dan mengobrol sembari meminum jamu buatanku.
“Wahh, sudah berapa lama mbak jualan jamu?” Tanya Adi yang memiliki tubuh kekar dan hitam.
“Kurang lebih setahun mass, ya sedikit-sedikit buat bantu orang tua.” jawabku sekenanya.
“Wah sama dengan Bowo, dia juga rAdin membantu orang tua.” Potong Abdul yang kurang lebih seumuran
Adi, sedangkan Bowo adalah yang paling muda diantara mereka.
“Yaa, mau gimana lagi mas, kalau nggak begini nanti nggak bisa makan.” Jawabku lagi.
“Mbak tinggal di desa seberang ya?” tanya Bowo.
“Iya mas, tiap hari saya berkeliling sekitar desa jualan jamu.”
“Ooo, pantas kok saya belum pernah liat mbak.” Jawab Bowo lagi.
Lama kami mengobrol ternyata mereka hampir seumuran denganku, Adi dan Abdul mereka berumur sekitar 20
-an tahun, sedangkan Bowo masih 14-an tahun. Obrolan kami semakin lama hingga membuatku lupa waktu.
“Wah, mbak kalo jamu kuda liar ada nggak ya?” Tanya Adi.
“Wahh, mas ni ngaco, ya ndak ada to mas, adanya juga jamu pegel linu.” Jawabku sambil sedikit senyum.
“Waduhh, kok nggak ada mbak? Padahal kan asik klo ada.” Jawab Abdul sambil terkekeh-kekeh.
“Asik kenapa to mas?” Tanyaku heran.
“Ya supaya saya jadi liar kayak kuda to mbak.” Jawab Adi sembari meletakkan gelas di dekat keranjangku
kemudian duduk di sampingku.
Posisiku kini ada diantara Adi dan Abdul, sedangkan Bowo ada dibelakangku. Rupanya Bowo diam-diam
memperhatikan tubuhku dari belakang, memang BH ku saat itu terlihat karena kaosku yang sedikit basah
oleh keringat dan celana dalamku yang sedikit mengecap karena posisi dudukku di pinggir gubuk. Tapi
aku tidak tahu akan hal ini.
“Wah panasnya hari ini, bikin tambah lelah saja.” Abdul berkata sambil tiduran di lantai gubuk itu.
Saking keenakan tiduran tanpa terasa ia menggaruk-garuk bagian kemaluannya. Aku pura-pura tidak
melihat, dalam hati aku berpikir,
”Dasar orang kampung tidak tahu malu.”
Saat itu Panas semakin terik, sedangkan di gubuk sungguh sangat nyaman dengan angin yang semilir,
tidak terasa aku pun mulai mengantuk. Mungkin karena tadi aku bangun pagi sekali sehingga aku belum
sempat untuk beristirahat.
Adi pun hanya bersandaran pada tiang kayu di sudut gubuk. Bowo juga sama seperti Abdul, tiduran di
lantai dengan kepala menghadap ke arahku. Aku menghela nafas, mengeluh karena panas tak juga usai.
Bukannya aku tidak mau berpanas-panasan berjualan, tapi mengingat kondisiku yang sedang hamil aku
takut terjadi sesuatu dengan janinku.
”Wah, kok ngelamun aja to mbak? Cantik-cantik kok suka ngelamun, memang ngelamunin apa to mbak?” Kata
Abdul mengagetkanku.
”A..anu mas saya cuma mikir kok panasnya tidak kunjung reda.” Jawabku.
”Wah, memangnya kenapa to mbak… tinggal ditunggu saja kok nanti juga tidak terik lagi.” Kata Bowo dari
belakangku.
“Ya gimana mas, kalau terus seperti ini nanti daganganku tidak laku, aku bisa rugi mas.” Jawabku
sambil mengamati langit yang sangat terik.
“Sudah mbak, tenang saja, kalau rezeki nggak akan kemana kok.” Hibur mas Adi.
Tidak terasa aku semakin mengantuk. Semilir angin yang ditambah dengan suasana ladang sawah memang
sangat nyaman.
Tak terasa aku pun mulai memejamkan mata sembari bersandaran pada keranjang dagangan yang aku letakkan
disampingku. Cukup lama aku ketiduran, hingga aku terbangun karena ada sesuatu yang menyentuh
pantatku.
“aaaaw apa-apaan ini!!?” Aku terbangun dan kaget ketika Abdul menciumi leherku yang putih, dibuatnya
tubuhku merinding dan aku hanya menggeleng-gelengkan kepalaku menghindari jilatan liar lidah Abdul.
Ciuman Abdul semakin turun mengarah pada dua gunung kembar milikku. Aku tak dapat mengan kasar.
“Sudah diam! Nanti aku beli semua jamu milikmu dan sebagai bonusnya aku minta jamu milikmu yang indah
itu.” Kata Adi sambil meremas payudara sebelah kiri milikku dan tertawa cenge-ngesan.
Aku meronta-ronta minta tolong dan mencoba untuk melepaskan ikatan pada kaki dan tanganku. Tapi
tenagaku tidak cukup untuk menolongku dari situasi ini.
”Ampunn mass, saya sudah menikah, nanti suamiku bisa menceraikanku.” Aku memelas dengan harapan mereka
dapat berubah pikiran.
”Oh, ternyata kamu sudah tidak perawan toh, tapi tubuhmu masih sempurna.” Bisik abdul sambil meniup
telingaku.
Darahku serasa berdesir, dicampur rasa ketakutan yang mendalam. Dalam hati aku berpikir,
”bagaimana dengan Yeyen, aku takut, bagaimana dengan janinku, bagaimana kalau aku diperkosa.” Berbagai
pertanyaan terus menghantui pikiranku saat itu.
“Jangann mass, jangan, aku sedang haid, jadi tubuhku kotor.” Aku mencoba untuk mengelabui mereka.
Setelah itu mereka bertiga berhenti menggerayangiku dan saling memandang satu sama lain.
“Yang bener kamu sedang Haid? Wah Sial bener aku hari ini!” Jawab Abdul kesal.
“iiya mas, sudah dua hari ini aku haid, jadi sedang banyak-banyaknya, tolong biarkan aku pergi.” Aku
memohon pada mereka.
“Ya.. ya sudahlah, mungkin kita sedang apes.” Kata Adi.
Namun Bowo yang masih berumur 14 tahun ini tidak memperdulikan ucapanku, dia cukup senang meremas-
remas pantatku.
“Sudah wo, dia lagi haid, kamu mau apa kena darah?” Kata Adi pada Bowo.
Bowo tetap tidak menghiraukannya. Justru ia semakin kencang meremas pantatku dan semakin kebawah
menuju selangkanganku. Posisiku yang sambil tiduran membuat rok ku sedikit terangkat hingga celana
dalam putihku terlihat. Bowo yang saat itu sedang meraba-raba pantatku rupanya tidak menyia-nyiakan
hal ini, dibukanya rokku semakin keatas,
“Mana? Tidak ada darah kok.” Kata Bowo.
Sontak ucapan Bowo mendapat perhatian dari Adi dan Abdul.
“Mana woo, jangan bohong kamu.” Kata mereka serempak.
Kemudian Adi mengangkat rok dan menyentuh celana dalamku.
“Kamu bohong!” dan PLakkk! Sebuah tamparan tepat mengenai wajahku.
“Aaa Ampun mass, ampunn, Aku sedang hamil mass.” Aku semakin memelas dan ketakutan.
“Ahh, mau pake alasan apa lagi kamu!” Abdul membentakku dan merobek bajuku, hingga aku hanya
mengenakan BH warna hitam dan rok putih selutut.
Adi melepaskan ikatan pada tangan dan kakiku.
“Sekarang mau lari kemana kamu?! Memangnya kamu sanggup melawan kami bertiga?” Bowo menantangku,
dengan cepat ia membuka baju dan celana pendeknya hingga hanya tersisa celana dalam warna coklat.
Aku tersentak dan kaget, juga kulihat penis Bowo yang sudah membesar hingga sedikit mencuat ke atas
celana dalamnya. Aku merangkak menuju sudut ruangan itu, aku menggedor-gedornya dengan harapan ada
seseorang yang mendengar. Tapi tindakanku justru membuat mereka semakin bernafsu untuk segera
menikmati tubuhku.
“Mau kemana kamu, disini tidak ada orang lain kecuali kami bertiga hahaha.” Adi senang sekali
melihatku hanya mengenakan BH dan Rok yang sedikit tersingkap.
“Mass ampunn, aku sedang hamil, nanti suamiku bisa membunuhku.” Tubuhku merinding dan sesekali aku
berteriak minta tolong.
“Wahaha, aku sudah tidak percaya lagi dengan ucapanmu! Kalau suamimu ingin membunuhmu, ceraikan saja!
Setelah itu kamu bisa jadi WTS sepuasnya.” Kata abdul sambil mendekatiku.
Diraihnya kedua tanganku dan membuatku sedikit berdiri. Srakk, Abdul merobek rok ku dan melemparnya ke
arah Bowo.
“Itu wo, buat kenang-kenangan.” Kata abdul.
“haha, iya mas, nanti aku pajang di rumah.” Kata Bowo cengar-cengir.
Kini tubuhku sudah setengah bugil. Tanganku secara naluri menutup dada dan selangkanganku.
“Wah bener-bener, ini namanya rejeki nomplok.” Abdul menciumi leherku yang putih, dibuatnya tubuhku
merinding dan aku hanya menggeleng-gelengkan kepalaku menghindari jilatan liar lidah Abdul.
Ciuman Abdul semakin turun mengarah pada dua gunung kembar milikku. Aku tak dapat mengelak, tanganku
di pegang abdul dan diangkatnya keatas.
Abdul semakin liar menjilati dadaku yang masih terbungkus BH, ia berpindah-pindah dari kiri ke kanan
dan sebaliknya. Hingga ia kemudian menjilati ketiakku.
“Aaa, ampun mass, ampun, too.. tolong nghh.” Aku tidak dapat berbohong kalau kelakuan Abdul membuat
birahiku naik dan tubuhku menjadi sedikit lemas.
Dengan sedikit dorongan, Abdul menjatuhkanku di tengah ruangan dan kait BH ku terlepas. Aku sudah
tidak bisa lari dari mereka, kini yang ada di dalam pikiranku hanya janin di dalam perutku, aku
menyadari semakin aku melawan maka mereka juga akan semakin kasar terhadapku.Cerita Sex Terbaru
Aku terdiam, tak melakukan perlawanan, bahkan berteriak pun tidak. Air mata mulai menetes membasahi
pipiku. Isak tangisku beradu dengan tawa dari mereka bertiga. Tubuhku lemas, antara takut dan pasrah
menjadi satu.
Dengan kedua tangannya Abdul membalikkan badanku hingga kini terlentang memperlihatkan Paha dan
Payudaraku yang sudah sedikit terbuka. Mereka bertiga berdiri diatasku sambil cengengesan, rupanya Adi
juga sudah melepas celananya diikuti dengan Abdul.
Aku sudah bisa membayangkan apa yang akan terjadi sebentar lagi. Bowo yang sudah siap dari tadi
telungkup dari atasku, tangannya mulai bermain di telingaku sedangkan kepalanya terus memburu bibirku.
“mmpff… mmpff.” Bowo menciumku dengan ganas, aku hampir tidak bisa bernapas dibuatnya.
Sambil tetap berciuman dia menggapai tanganku dan mengarahkannya ke penisnya yang sudah membesar.
Dituntunnya aku untuk meremas-remas buah pelirnya yang kini ia berganti posisi dengan sedikit
nungging. Aku pun menurut saja, aku remas-remas bagian buah zakar sampai ke dekat bagian anus yang
masih tertutup celana dalam yang sudah usang.
Tidak berapa lama Adi sudah berada di paha bagian kananku. Ia sudah telanjang, kini ia menindih pahaku
diantara selangkangannya, hingga dapat kurasakan penisnya yang besar dan berotot menggesek-gesek pada
pahaku yang mulus. Tangan Adi mulai bermain di dadaku, sambil sesekali ia menjilat bagian perutku.
“nggghhh uaa mppff.” desahanku membuat mereka berdua semakin liar memainkan lidahnya di tubuhku.
“ngghh, ahhh, mmppff.” sambil tetap berciuman desahanku tak henti-hentinya keluar. Memang harus kuakui
meski dari rohani aku menolak, tapi tubuhku tidak dapat menolaknya dan aku rasakan vaginaku mulai
basah oleh lendir kewanitaanku.
“Heh! Minggir-Minggir!” Biar aku yang pertama merasakan tubuhnya.” Teriak Abdul.
“Aku kan yang mendapatkan ide ini, jadi aku yang berhak untuk memulainya, awas-awas.” Tambahnya.
Adi dan Bowo segera menyingkir dari tubuhku. Bak seorang raja, Abdul menindihku, dan kini penisnya
yang sudah tidak dilapisi apapun tepat berada ditengah-tengah selangkanganku.
“Gimana nona manis, sepertinya kamu juga keenakan ya?” Kata Abdul di depan mukaku.
“Yang tadi itu belum pemanasan, baru tahap uji coba.” Ia semakin mendekat di wajahku.
Seketika itu agus melepas BH ku, dan dengan liar putingku dimainkan.
“nggg ahhh, aah, ah.” nafasku semakin tidak teratur.
Bowo yang tidak bisa diam meraih tanganku dan mengarahkan ke penisnya lagi, lalu menyuruhku untuk
mengocok-ocoknya. Adi pun tidak mau kalah, dari sisi yang lain ia memintaku untuk melakukan seperti
apa yang kulakukan pada Bowo.
Wajah Bowo menghilang dari hadapanku, rupanya ia turun dan kini ia tepat berada di atas daerah
kemaluanku, dilebarkannya kakiku dan ia mulai menciumi vaginaku yang masih dilapisi celana dalam
sambil tangannya memainkan putingku.
Aku semakin bernafsu, tanpa kusadari aku mengangkat pinggulku agar ciuman Abdul pada vaginaku lebih
terasa. Abdul tampaknya tahu kalau aku sudah sangat terangsang.
Segera ia melepas celana dalamku yang sudah banjir oleh lendir dari vaginaku. Disibakkannya rambut
kemaluanku dengan lidahnya. Kemudian Abdul mulai menjilati vaginaku dan sesekali menghisap klitorisku
dan tangannya semakin liar bermain di kedua payudaraku.
“nggghhh, ahhh, aaaa mmmh mass.” Aku mengerang keenakan sambil menekuk kedua pahaku sehingga abdul
lebih leluasa memainkan vaginaku.
Aku benar-benar serasa melayang, dihadapanku kini ada 3 orang yang secara beringas memperkosaku. Aku
sangat malu pada diriku, kenapa aku justru bisa menikmati keadaan ini, tapi tubuhku seolah-olah sudah
menyatu dengan jiwa mereka.
“mass ahhh, terus mass, enn enak.” Aku terus meracau tak karuan yang membuat mereka bertiga semakin
bernafsu. Lidah Abdul Semakin liar menghisap-hisap vaginaku diiringi kocokanku pada batang kemaluan
Bowo dan Adi.
“ ahhhh ahhh, mass. lebih cepat mass.” aku mengerang dan ketika itu juga aku mengalami orgasme.
Cairanku membasahi wajah Abdul namun ia terus menjilatinya hingga aku menggelinjang kekanan dan
kekiri.
Kini Abdul membangunkan tubuhku, dan memintaku untuk menjilati ketiga penis mereka. Aku seperti
dicekoki, didepanku kini ada 3 rudal yang siap menjejali mulutku.
Tanpa menunggu lama, aku masukkan penis mereka bergantian di mulutku, sambil tanganku memainkan batang
kemaluan mereka. Mereka bertiga nampaknya merasa keenakan,
”oohh.” Adi melenguh keenakan.
Sekitar 15 menit aku memainkan penis mereka sambil terus mengocoknya. Abdul yang sudah sangat
terangsang mendorong tubuhku dan mulai memasukkan penisnya yang besar itu.
“mmass.” aku menahan sakit saat penis Abdul menghujam vaginaku.
Dengan sekejap seluruh batang milik Abdul masuk kedalam liang kewanitaanku. Tanpa basa-basi, Abdul
mulai menggerakkan penisnya maju mundur. Sedangkan Adi dan Bowo menjilat-jilat dan menghisap
payudaraku.
Aku dikeroyok oleh 3 orang. Libidoku pun semakin meningkat setelah tadi aku mengalami orgasme. Aku
memegangi kepala Adi dan Bowo sambil terus melenguh keenakan.
“Uhhh ahhh, umm. ahh.” Kata-kata itu yang terus muncul dari mulutku melihat perlakuan mereka
terhadapku.
Sekitar 10 menit kami melakukan posisi ini sambil bergantian Adi dan Bowo menciumi bibirku. Abdul
belum juga keluar, ia cukup kuat untuk ukuran lelaki seperti dia. Kini ia menyuruhku untuk nungging.
Aku hanya menuruti perkataannya.
“Dul, gantian aku yang naikin dia.” Tanpa basa-basi Bowo mengarahkan penisnya ke arah vaginaku, kini
posisiku berganti menjadi menungging sambil di genjot oleh penis Bowo.
Penis Bowo tidak terlalu besar, bahkan hanya setengah milik Adi dan Abdul. Mungkin ini pertama kali
baginya untuk merasakan liang vagina. Karena kulihat ia cukup lama sebelum seluruh batangnya masuk ke
dalam vaginaku.
“Uoogghh, uenakk tenann” Kata Bowo.
Ia menggerakkan pinggulnya maju mundur mengikuti irama pantatku. Bowo cepat beradaptasi, Meski
penisnya kecil, tapi gerakkannya sangat cepat, berbeda dengan Abdul yang menikmatiku dengan pelan.
Adi berganti posisi, kini ia di depanku dan mengarahkan penisnya ke mulutku, kemudian ia memaju
mundurkannya beriringan dengan genjotan Bowo. Abdul yang tadi menggenjotku kini asik bermain dengan
putingku yang lumayan besar.
Kami terus melakukan tarian kenikmatan ini, Bowo semakin cepat menggerakkan penisnya maju mundur,
”Ahhh, masss, aaa, aku keluaaarr. ummm, mmpfff.” Aku keluar untuk kedua kalinya. Begitu juga dengan
Bowo, ia yang masih belum berpengalaman mengeluarkannya di dalam vaginaku, seketika itu juga ia
langsung lemas.
“Wah, wo, parah kamu, masa kamu keluarin di dalem, kan jadi kotor,” kata Adi.
”Aku saja belum sempat merasakannya sudah kotor sama peju kamu.” Tambahnya.
“Maaf mas Adi, aku kelepasan.” Ucap Bowo.
tampaknya Bowo sudah lelah, ia kemudian berbaring dan sepertinya akan tidur.
“Wah, dasar anak ini, habis enak langsung minggat.” Ucap Abdul.
Abdul kemudian menggantikan posisi Adi dengan memasukkan penisnya ke mulutku. Sedangkan Adi kini
berada tepat dibelakangku dengan posisiku yang masih tetap menungging.
“Tahan ya, sakit sedikit tapi enak kok..” Seringainya padaku.
Aku tidak tahu apa yang akan ia lakukan padaku, tidak begitu lama ternyata ada sesuatu yang mencoba
masuk melalui anusku.
“Nggghhh masss, sakitt, aa ampun mas.” Aku merasa kesakitan saat penis Adi yang besar mencoba
menerobos anusku.
“Ahhh, aaaw ashh, nnnhh.” Aku semakin tidak karuan merasakannya.
Dengan sekuat tenaga meski sempat beberapa kali bengkok akhirnya penis Adi masuk ke dalam anusku,
”Nggg ahhh.” rasa sakitku pelan-pelan menjadi kenikmatan yang baru bagiku, karena baru kali ini anusku
di jejali penis.
“Hmmff Sempit banget , uahh.” Ucap Adi keenakan, ia juga tidak kalah keenakan daripada aku.
Adi sudah mulai terbiasa dengan ini, sesekali ia meludahi anusku agar lebih mudah menggerakkan
penisnya.
“Akkkkhh, uuahhhh.” Adi mendesah keenakan saat ia mencapai puncak kenikmatan, spermanya mengisi penuh
seluruh isi anusku hingga meleleh keluar. Tidak berapa lama Abdul yang sudah dari tadi memaju
mundurkan penisnya di mulutku juga merasakan hal yang sama,
“ouughhh teleennnn, sseeemuaa.” Ia meracau sambil tangannya menekan kepalaku pada penisnya.
Seketika itu juga cairan spermanya menyemprot di dalam rongga mulutku dan mau tidak mau harus aku
telan.
Harus kuakui mereka bertiga cukup hebat, namun tetap saja tidak bisa mengalahkan mas Yeyen, Mereka
bertiga hanya sanggup membuatku keluar 2 kali, tapi mas Yeyen mungkin bisa lebih, bahkan Hingga aku
tidak mampu lagi untuk berdiri.
Mereka bertiga duduk di dalam ruangan sambil beristirahat karena mereka sangat lelah. Aku pun masih
terbaring di lantai tanpa sehelai benangpun. Abdul mengeluarkan 2 lembar lima puluh ribuan. “itu untuk
ongkos jamu dan tubuh kamu.
”Sekarang kamu pergi dari sini!” Ucapnya sedikit membentak.
“Bagaimana dengan pakaianku?” tanyaku.
“Pikir saja sendiri” Balas abdul ketus.
Kemudian aku memakai BH dan celana dalamku. Aku gunakan selendang yang kupakai untuk mengangkat
keranjang tadi, Aku lilitkan untuk menutupi tubuhku dan untunglah cukup. Aku bergegas meninggalkan
mereka sambil membawa kerangjangku. Jam sudah menunjukkan pukul setengah 4 sore.
“Mas Yeyen pasti sudah pulang ini.” Ucapku dalam hati sambil mengusap air mata di pipiku.
Sesampainya di rumah ternyata benar, Mas Yeyen sudah menungguku pulang. Aku ceritakan semua kejadian
ini padanya bagaimanapun aku tetap mencoba untuk terbuka padanya karena dialah satu-satunya orang yang
kumiliki.
Reaksi Mas Yeyen sungguh membuatku kaget, Ia justru memelukku dengan erat, dan mengelus perutku
memberikan kasih sayang pada si Jabang Bayi.
Aku terharu dengan Mas Yeyen. Meski sempat ia akan bergerak mengumpulkan warga untuk memberi pelajaran
pada orang-orang yang memperkosaku, namun aku dapat meyakinkannya bahwa aku tidak apa-apa, dan semoga
saja janinnya juga tidak terjadi apa-apa.
Aku bangga dengan Mas Yeyen, ia tidak panik saat mendapatiku mengalami kejadian seperti ini, Selamanya
aku tetap mencintainya.
Setelah kejadian ini aku sudah tidak berjualan jamu lagi. Kali ini aku menjadi pendamping setia Mas
Yeyen, dengan menemaninya pergi ke ladang setiap hari. Meski keadaan ekonomi kami semakin sulit, tapi
kebahagiaan kami seolah menutup dalam-dalam semua keadaan ini dan kejadian masa lalu.
Kini anakku sudah besar, peristiwa itu tidak membuat kondisinya saat lahir menjadi cacat mental atau
sejenisnya. Ia tumbuh menjadi putri yang cantik dan kami beri nama Mentari, yang tetap bersinar
sesulit apapun keadaan yang kami alami saat ini, esok, dan seterusnya.-
Terimakasih Atas Kunjungan Anda.Jangan Lupa Selalu Berkunjung Kembali
supaya tidak ketinggalan Cerita cerita Dewasa Terbaru.
Jika Kamu Menyukai Postingan Ini, Share Ke Teman-Temanmu Di Facebook ya Pulsker!
CERITA SEX DEWASA | CERITA SEX TERBARU | CERITA SEX HOT | NONTON BOKEP
www.LayarLendir.com |
Majalah Bokep - ku akan sedikit cerita tentang pengalamanku tentang sex perkenalkan namaku Ratna umurku 19 tahun,
kata orang aku mempunyai wajah cantik dan mempunyai payudara yang montok, aku sudah menikah setahun
yang lalu dengan suamiku yang bernama Yeyen, dia berprfesi sebagai buruh tani dan pekerjaan tidak
tetap.
Meski demikian, aku sangat menyayangi Yeyen apa adanya. Untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari,
aku bekerja sebagai penjual jamu gendong keliling, di desa tempat tinggalku daerah Jawa Tengah.
Aku tidak sampai hati memaksa Yeyen untuk memenuhi seluruh kebutuhan keluarga seorang diri, sehingga
dari pagi hingga sore aku bekerja tanpa mengenal lelah.
Belum lagi tanggunganku terhadap Ibuku yang sudah lanjut usia dan mulai sakit-sakitan. Tapi apa mau
dikata, semua ini demi keadaan yang lebih baik.
Saat ini aku sudah hamil 4 bulan, perutku sudah mulai membesar meski belum begitu terlihat. Yeyen pun
semakin perhatian, ia sering berangkat bekerja lebih siang untuk membantuku membuat jamu yang akan
kujual. Aku senang, meski begitu aku tetap menyuruh Yeyen bekerja tepat waktu karena aku tidak mau
upahnya dipotong hanya karena terlambat.
Kami berdua sangat rukun meski keadaan ekonomi kami cukup sulit. Seperti biasa, pagi-pagi aku
berangkat ke pasar untuk membeli bahan-bahan daganganku. Semua tersusun rapi di dalam keranjang
gendong di punggungku. Sampai rumah aku racik semua bahan-bahan tadi dalam sebuah kuali besar dan aku
masukkan dalam botol-botol air mineral ukuran besar.
“Wah, rAdin sekali istriku.” Yeyen menyapaku dan memberikan sebuah kecupan hangat di keningku.
Aku pun membalasnya dengan ciuman di pipinya sebelah kanan.
“Sudah mau berangkat ke ladang Pak Karjo?” Tanyaku.
“Iya, mungkin sebentar lagi, hari ini ladangnya akan ditanam ulang setelah kemarin panen. Mungkin
nanti aku tidak bisa mengantarmu sampai ujung jalan karena Pak Karjo akan marah jika aku sampai
terlambat.” Jawab suamiku.
“Tidak apa-apa, ini semua kan demi keluarga kita” Aku meyakinkannya sambil mengelus pipinya.
“Tapi nanti hati-hati Ratna, ingat kamu sedang hamil. Aku tidak mau terjadi apa-apa dengan anak kita.”
”Iya, suamiku.” Jawabku mengakhiri obrolan kami.
Sebentar saja suamiku minta pamit padaku untuk segera berangkat ke ladang Pak Karjo. Tak lupa aku
memberikan rantang berisi makanan yang tadi telah aku siapkan. Setelah sedikit berbenah, akhirnya
semua jamu sudah aku siapkan dan sudah aku masukkan ke keranjangku.
Waktu juga sudah menunjuk pukul 09.00, berarti sudah saatnya aku mulai menjajakan jamu. Sebelumnya aku
siap-siap dahulu dengan mengenakan kaos pendek warna putih dan rok selutut.
Aku gendong keranjang berisi bermacam-macam jamu, aku kaitkan dengan selendang dengan tumpuan diantara
dua payudaraku. Sehingga dadaku nampak menonjol sekali, belum lagi bawaan jamu yang cukup berat yang
membuatku sedikit membusung hingga mencetak dengan jelas kedua dadaku.
Setelah semuanya siap, aku segera berangkat berkeliling menjajakan jamu, tak lupa aku mengunci pintu
depan dan belakang rumah warisan ayah Yeyen. Setiap hari rute perjalananku tidaklah sama, aku selalu
mencari jalan baru sehingga orang-orang tidak akan bosan dengan jamu buatanku. Karena setiap hari aku
bertemu dengan orang yang berbeda. Kali ini aku berjalan melewati bagian selatan desaku.
“Jamu, Jamuuu.” Begitu teriakku setiap kali aku melewati rumah penduduk.
“Mbakk, Mbakk, Jamunya satu.” Teriak seorang wanita.
“Mau jamu apa mbak?” tanyaku.
“Kunir Asem satu gelas saja mbak.” Pintanya.
Segera aku tuangkan segelas jamu kunir asem yang aku tambahkan sedikit gula merah. Setelah itu aku
berkeliling menjajakan jamu kembali.
Siang itu begitu terik, hingga kaosku basah oleh keringat. Tapi aku tak peduli, toh penjualan hari ini
cukup lumayan. Paling tidak sudah balik modal dari bahan-bahan tadi yang kubeli. Aku melangkah
menyisir hamparan sawah dengan tanaman padi yang sudah mulai menguning.
Memang mayoritas pekerjaan penduduk di Daerah tempatku tinggal adalah petani. Sehingga mulai dari
anak-anak hingga dewasa sudah terbiasa dengan pekerjaan bercocok tanam.
Aku melanjutkan perjalananku dan melewati sebuah gubuk sawah dimana para buruh tani sedang
beristirahat karena sudah tengah hari. Belum sempat aku menawarkan mereka jamu, salah satu dari mereka
sudah memanggil.
”Mbak, mbakk, jualan apa mbak?” tanya salah seorang dari mereka.
“Anu, saya jualan jamu mas, ada jamu kunir asem, beras kencur, jamu pahitan, dan jamu pegel linu.”
Jawabku sambil menunjukkan isi keranjangku.
”Ohh, kalau begitu saya minta beras kencurnya satu mbak.” kata salah seorang dari mereka.
Segera kuturunkan keranjang bawaanku dan memberikan pesanannya.Mereka semua ada bertiga, salah satu
dari mereka sepertinya masih smp.
Aku duduk di pinggir gubuk tersebut. Sembari beristirahat dari teriknya siang hari. Mereka mengajakku
berkenalan dan mengobrol sembari meminum jamu buatanku.
“Wahh, sudah berapa lama mbak jualan jamu?” Tanya Adi yang memiliki tubuh kekar dan hitam.
“Kurang lebih setahun mass, ya sedikit-sedikit buat bantu orang tua.” jawabku sekenanya.
“Wah sama dengan Bowo, dia juga rAdin membantu orang tua.” Potong Abdul yang kurang lebih seumuran
Adi, sedangkan Bowo adalah yang paling muda diantara mereka.
“Yaa, mau gimana lagi mas, kalau nggak begini nanti nggak bisa makan.” Jawabku lagi.
“Mbak tinggal di desa seberang ya?” tanya Bowo.
“Iya mas, tiap hari saya berkeliling sekitar desa jualan jamu.”
“Ooo, pantas kok saya belum pernah liat mbak.” Jawab Bowo lagi.
Lama kami mengobrol ternyata mereka hampir seumuran denganku, Adi dan Abdul mereka berumur sekitar 20
-an tahun, sedangkan Bowo masih 14-an tahun. Obrolan kami semakin lama hingga membuatku lupa waktu.
“Wah, mbak kalo jamu kuda liar ada nggak ya?” Tanya Adi.
“Wahh, mas ni ngaco, ya ndak ada to mas, adanya juga jamu pegel linu.” Jawabku sambil sedikit senyum.
“Waduhh, kok nggak ada mbak? Padahal kan asik klo ada.” Jawab Abdul sambil terkekeh-kekeh.
“Asik kenapa to mas?” Tanyaku heran.
“Ya supaya saya jadi liar kayak kuda to mbak.” Jawab Adi sembari meletakkan gelas di dekat keranjangku
kemudian duduk di sampingku.
Posisiku kini ada diantara Adi dan Abdul, sedangkan Bowo ada dibelakangku. Rupanya Bowo diam-diam
memperhatikan tubuhku dari belakang, memang BH ku saat itu terlihat karena kaosku yang sedikit basah
oleh keringat dan celana dalamku yang sedikit mengecap karena posisi dudukku di pinggir gubuk. Tapi
aku tidak tahu akan hal ini.
“Wah panasnya hari ini, bikin tambah lelah saja.” Abdul berkata sambil tiduran di lantai gubuk itu.
Saking keenakan tiduran tanpa terasa ia menggaruk-garuk bagian kemaluannya. Aku pura-pura tidak
melihat, dalam hati aku berpikir,
”Dasar orang kampung tidak tahu malu.”
Saat itu Panas semakin terik, sedangkan di gubuk sungguh sangat nyaman dengan angin yang semilir,
tidak terasa aku pun mulai mengantuk. Mungkin karena tadi aku bangun pagi sekali sehingga aku belum
sempat untuk beristirahat.
Adi pun hanya bersandaran pada tiang kayu di sudut gubuk. Bowo juga sama seperti Abdul, tiduran di
lantai dengan kepala menghadap ke arahku. Aku menghela nafas, mengeluh karena panas tak juga usai.
Bukannya aku tidak mau berpanas-panasan berjualan, tapi mengingat kondisiku yang sedang hamil aku
takut terjadi sesuatu dengan janinku.
”Wah, kok ngelamun aja to mbak? Cantik-cantik kok suka ngelamun, memang ngelamunin apa to mbak?” Kata
Abdul mengagetkanku.
”A..anu mas saya cuma mikir kok panasnya tidak kunjung reda.” Jawabku.
”Wah, memangnya kenapa to mbak… tinggal ditunggu saja kok nanti juga tidak terik lagi.” Kata Bowo dari
belakangku.
“Ya gimana mas, kalau terus seperti ini nanti daganganku tidak laku, aku bisa rugi mas.” Jawabku
sambil mengamati langit yang sangat terik.
“Sudah mbak, tenang saja, kalau rezeki nggak akan kemana kok.” Hibur mas Adi.
Tidak terasa aku semakin mengantuk. Semilir angin yang ditambah dengan suasana ladang sawah memang
sangat nyaman.
Tak terasa aku pun mulai memejamkan mata sembari bersandaran pada keranjang dagangan yang aku letakkan
disampingku. Cukup lama aku ketiduran, hingga aku terbangun karena ada sesuatu yang menyentuh
pantatku.
“aaaaw apa-apaan ini!!?” Aku terbangun dan kaget ketika Abdul menciumi leherku yang putih, dibuatnya
tubuhku merinding dan aku hanya menggeleng-gelengkan kepalaku menghindari jilatan liar lidah Abdul.
Ciuman Abdul semakin turun mengarah pada dua gunung kembar milikku. Aku tak dapat mengan kasar.
“Sudah diam! Nanti aku beli semua jamu milikmu dan sebagai bonusnya aku minta jamu milikmu yang indah
itu.” Kata Adi sambil meremas payudara sebelah kiri milikku dan tertawa cenge-ngesan.
Aku meronta-ronta minta tolong dan mencoba untuk melepaskan ikatan pada kaki dan tanganku. Tapi
tenagaku tidak cukup untuk menolongku dari situasi ini.
”Ampunn mass, saya sudah menikah, nanti suamiku bisa menceraikanku.” Aku memelas dengan harapan mereka
dapat berubah pikiran.
”Oh, ternyata kamu sudah tidak perawan toh, tapi tubuhmu masih sempurna.” Bisik abdul sambil meniup
telingaku.
Darahku serasa berdesir, dicampur rasa ketakutan yang mendalam. Dalam hati aku berpikir,
”bagaimana dengan Yeyen, aku takut, bagaimana dengan janinku, bagaimana kalau aku diperkosa.” Berbagai
pertanyaan terus menghantui pikiranku saat itu.
“Jangann mass, jangan, aku sedang haid, jadi tubuhku kotor.” Aku mencoba untuk mengelabui mereka.
Setelah itu mereka bertiga berhenti menggerayangiku dan saling memandang satu sama lain.
“Yang bener kamu sedang Haid? Wah Sial bener aku hari ini!” Jawab Abdul kesal.
“iiya mas, sudah dua hari ini aku haid, jadi sedang banyak-banyaknya, tolong biarkan aku pergi.” Aku
memohon pada mereka.
“Ya.. ya sudahlah, mungkin kita sedang apes.” Kata Adi.
Namun Bowo yang masih berumur 14 tahun ini tidak memperdulikan ucapanku, dia cukup senang meremas-
remas pantatku.
“Sudah wo, dia lagi haid, kamu mau apa kena darah?” Kata Adi pada Bowo.
Bowo tetap tidak menghiraukannya. Justru ia semakin kencang meremas pantatku dan semakin kebawah
menuju selangkanganku. Posisiku yang sambil tiduran membuat rok ku sedikit terangkat hingga celana
dalam putihku terlihat. Bowo yang saat itu sedang meraba-raba pantatku rupanya tidak menyia-nyiakan
hal ini, dibukanya rokku semakin keatas,
“Mana? Tidak ada darah kok.” Kata Bowo.
Sontak ucapan Bowo mendapat perhatian dari Adi dan Abdul.
“Mana woo, jangan bohong kamu.” Kata mereka serempak.
Kemudian Adi mengangkat rok dan menyentuh celana dalamku.
“Kamu bohong!” dan PLakkk! Sebuah tamparan tepat mengenai wajahku.
“Aaa Ampun mass, ampunn, Aku sedang hamil mass.” Aku semakin memelas dan ketakutan.
“Ahh, mau pake alasan apa lagi kamu!” Abdul membentakku dan merobek bajuku, hingga aku hanya
mengenakan BH warna hitam dan rok putih selutut.
Adi melepaskan ikatan pada tangan dan kakiku.
“Sekarang mau lari kemana kamu?! Memangnya kamu sanggup melawan kami bertiga?” Bowo menantangku,
dengan cepat ia membuka baju dan celana pendeknya hingga hanya tersisa celana dalam warna coklat.
Aku tersentak dan kaget, juga kulihat penis Bowo yang sudah membesar hingga sedikit mencuat ke atas
celana dalamnya. Aku merangkak menuju sudut ruangan itu, aku menggedor-gedornya dengan harapan ada
seseorang yang mendengar. Tapi tindakanku justru membuat mereka semakin bernafsu untuk segera
menikmati tubuhku.
“Mau kemana kamu, disini tidak ada orang lain kecuali kami bertiga hahaha.” Adi senang sekali
melihatku hanya mengenakan BH dan Rok yang sedikit tersingkap.
“Mass ampunn, aku sedang hamil, nanti suamiku bisa membunuhku.” Tubuhku merinding dan sesekali aku
berteriak minta tolong.
“Wahaha, aku sudah tidak percaya lagi dengan ucapanmu! Kalau suamimu ingin membunuhmu, ceraikan saja!
Setelah itu kamu bisa jadi WTS sepuasnya.” Kata abdul sambil mendekatiku.
Diraihnya kedua tanganku dan membuatku sedikit berdiri. Srakk, Abdul merobek rok ku dan melemparnya ke
arah Bowo.
“Itu wo, buat kenang-kenangan.” Kata abdul.
“haha, iya mas, nanti aku pajang di rumah.” Kata Bowo cengar-cengir.
Kini tubuhku sudah setengah bugil. Tanganku secara naluri menutup dada dan selangkanganku.
“Wah bener-bener, ini namanya rejeki nomplok.” Abdul menciumi leherku yang putih, dibuatnya tubuhku
merinding dan aku hanya menggeleng-gelengkan kepalaku menghindari jilatan liar lidah Abdul.
Ciuman Abdul semakin turun mengarah pada dua gunung kembar milikku. Aku tak dapat mengelak, tanganku
di pegang abdul dan diangkatnya keatas.
Abdul semakin liar menjilati dadaku yang masih terbungkus BH, ia berpindah-pindah dari kiri ke kanan
dan sebaliknya. Hingga ia kemudian menjilati ketiakku.
“Aaa, ampun mass, ampun, too.. tolong nghh.” Aku tidak dapat berbohong kalau kelakuan Abdul membuat
birahiku naik dan tubuhku menjadi sedikit lemas.
Dengan sedikit dorongan, Abdul menjatuhkanku di tengah ruangan dan kait BH ku terlepas. Aku sudah
tidak bisa lari dari mereka, kini yang ada di dalam pikiranku hanya janin di dalam perutku, aku
menyadari semakin aku melawan maka mereka juga akan semakin kasar terhadapku.Cerita Sex Terbaru
Aku terdiam, tak melakukan perlawanan, bahkan berteriak pun tidak. Air mata mulai menetes membasahi
pipiku. Isak tangisku beradu dengan tawa dari mereka bertiga. Tubuhku lemas, antara takut dan pasrah
menjadi satu.
Dengan kedua tangannya Abdul membalikkan badanku hingga kini terlentang memperlihatkan Paha dan
Payudaraku yang sudah sedikit terbuka. Mereka bertiga berdiri diatasku sambil cengengesan, rupanya Adi
juga sudah melepas celananya diikuti dengan Abdul.
Aku sudah bisa membayangkan apa yang akan terjadi sebentar lagi. Bowo yang sudah siap dari tadi
telungkup dari atasku, tangannya mulai bermain di telingaku sedangkan kepalanya terus memburu bibirku.
“mmpff… mmpff.” Bowo menciumku dengan ganas, aku hampir tidak bisa bernapas dibuatnya.
Sambil tetap berciuman dia menggapai tanganku dan mengarahkannya ke penisnya yang sudah membesar.
Dituntunnya aku untuk meremas-remas buah pelirnya yang kini ia berganti posisi dengan sedikit
nungging. Aku pun menurut saja, aku remas-remas bagian buah zakar sampai ke dekat bagian anus yang
masih tertutup celana dalam yang sudah usang.
Tidak berapa lama Adi sudah berada di paha bagian kananku. Ia sudah telanjang, kini ia menindih pahaku
diantara selangkangannya, hingga dapat kurasakan penisnya yang besar dan berotot menggesek-gesek pada
pahaku yang mulus. Tangan Adi mulai bermain di dadaku, sambil sesekali ia menjilat bagian perutku.
“nggghhh uaa mppff.” desahanku membuat mereka berdua semakin liar memainkan lidahnya di tubuhku.
“ngghh, ahhh, mmppff.” sambil tetap berciuman desahanku tak henti-hentinya keluar. Memang harus kuakui
meski dari rohani aku menolak, tapi tubuhku tidak dapat menolaknya dan aku rasakan vaginaku mulai
basah oleh lendir kewanitaanku.
“Heh! Minggir-Minggir!” Biar aku yang pertama merasakan tubuhnya.” Teriak Abdul.
“Aku kan yang mendapatkan ide ini, jadi aku yang berhak untuk memulainya, awas-awas.” Tambahnya.
Adi dan Bowo segera menyingkir dari tubuhku. Bak seorang raja, Abdul menindihku, dan kini penisnya
yang sudah tidak dilapisi apapun tepat berada ditengah-tengah selangkanganku.
“Gimana nona manis, sepertinya kamu juga keenakan ya?” Kata Abdul di depan mukaku.
“Yang tadi itu belum pemanasan, baru tahap uji coba.” Ia semakin mendekat di wajahku.
Seketika itu agus melepas BH ku, dan dengan liar putingku dimainkan.
“nggg ahhh, aah, ah.” nafasku semakin tidak teratur.
Bowo yang tidak bisa diam meraih tanganku dan mengarahkan ke penisnya lagi, lalu menyuruhku untuk
mengocok-ocoknya. Adi pun tidak mau kalah, dari sisi yang lain ia memintaku untuk melakukan seperti
apa yang kulakukan pada Bowo.
Wajah Bowo menghilang dari hadapanku, rupanya ia turun dan kini ia tepat berada di atas daerah
kemaluanku, dilebarkannya kakiku dan ia mulai menciumi vaginaku yang masih dilapisi celana dalam
sambil tangannya memainkan putingku.
Aku semakin bernafsu, tanpa kusadari aku mengangkat pinggulku agar ciuman Abdul pada vaginaku lebih
terasa. Abdul tampaknya tahu kalau aku sudah sangat terangsang.
Segera ia melepas celana dalamku yang sudah banjir oleh lendir dari vaginaku. Disibakkannya rambut
kemaluanku dengan lidahnya. Kemudian Abdul mulai menjilati vaginaku dan sesekali menghisap klitorisku
dan tangannya semakin liar bermain di kedua payudaraku.
“nggghhh, ahhh, aaaa mmmh mass.” Aku mengerang keenakan sambil menekuk kedua pahaku sehingga abdul
lebih leluasa memainkan vaginaku.
Aku benar-benar serasa melayang, dihadapanku kini ada 3 orang yang secara beringas memperkosaku. Aku
sangat malu pada diriku, kenapa aku justru bisa menikmati keadaan ini, tapi tubuhku seolah-olah sudah
menyatu dengan jiwa mereka.
“mass ahhh, terus mass, enn enak.” Aku terus meracau tak karuan yang membuat mereka bertiga semakin
bernafsu. Lidah Abdul Semakin liar menghisap-hisap vaginaku diiringi kocokanku pada batang kemaluan
Bowo dan Adi.
“ ahhhh ahhh, mass. lebih cepat mass.” aku mengerang dan ketika itu juga aku mengalami orgasme.
Cairanku membasahi wajah Abdul namun ia terus menjilatinya hingga aku menggelinjang kekanan dan
kekiri.
Kini Abdul membangunkan tubuhku, dan memintaku untuk menjilati ketiga penis mereka. Aku seperti
dicekoki, didepanku kini ada 3 rudal yang siap menjejali mulutku.
Tanpa menunggu lama, aku masukkan penis mereka bergantian di mulutku, sambil tanganku memainkan batang
kemaluan mereka. Mereka bertiga nampaknya merasa keenakan,
”oohh.” Adi melenguh keenakan.
Sekitar 15 menit aku memainkan penis mereka sambil terus mengocoknya. Abdul yang sudah sangat
terangsang mendorong tubuhku dan mulai memasukkan penisnya yang besar itu.
“mmass.” aku menahan sakit saat penis Abdul menghujam vaginaku.
Dengan sekejap seluruh batang milik Abdul masuk kedalam liang kewanitaanku. Tanpa basa-basi, Abdul
mulai menggerakkan penisnya maju mundur. Sedangkan Adi dan Bowo menjilat-jilat dan menghisap
payudaraku.
Aku dikeroyok oleh 3 orang. Libidoku pun semakin meningkat setelah tadi aku mengalami orgasme. Aku
memegangi kepala Adi dan Bowo sambil terus melenguh keenakan.
“Uhhh ahhh, umm. ahh.” Kata-kata itu yang terus muncul dari mulutku melihat perlakuan mereka
terhadapku.
Sekitar 10 menit kami melakukan posisi ini sambil bergantian Adi dan Bowo menciumi bibirku. Abdul
belum juga keluar, ia cukup kuat untuk ukuran lelaki seperti dia. Kini ia menyuruhku untuk nungging.
Aku hanya menuruti perkataannya.
“Dul, gantian aku yang naikin dia.” Tanpa basa-basi Bowo mengarahkan penisnya ke arah vaginaku, kini
posisiku berganti menjadi menungging sambil di genjot oleh penis Bowo.
Penis Bowo tidak terlalu besar, bahkan hanya setengah milik Adi dan Abdul. Mungkin ini pertama kali
baginya untuk merasakan liang vagina. Karena kulihat ia cukup lama sebelum seluruh batangnya masuk ke
dalam vaginaku.
“Uoogghh, uenakk tenann” Kata Bowo.
Ia menggerakkan pinggulnya maju mundur mengikuti irama pantatku. Bowo cepat beradaptasi, Meski
penisnya kecil, tapi gerakkannya sangat cepat, berbeda dengan Abdul yang menikmatiku dengan pelan.
Adi berganti posisi, kini ia di depanku dan mengarahkan penisnya ke mulutku, kemudian ia memaju
mundurkannya beriringan dengan genjotan Bowo. Abdul yang tadi menggenjotku kini asik bermain dengan
putingku yang lumayan besar.
Kami terus melakukan tarian kenikmatan ini, Bowo semakin cepat menggerakkan penisnya maju mundur,
”Ahhh, masss, aaa, aku keluaaarr. ummm, mmpfff.” Aku keluar untuk kedua kalinya. Begitu juga dengan
Bowo, ia yang masih belum berpengalaman mengeluarkannya di dalam vaginaku, seketika itu juga ia
langsung lemas.
“Wah, wo, parah kamu, masa kamu keluarin di dalem, kan jadi kotor,” kata Adi.
”Aku saja belum sempat merasakannya sudah kotor sama peju kamu.” Tambahnya.
“Maaf mas Adi, aku kelepasan.” Ucap Bowo.
tampaknya Bowo sudah lelah, ia kemudian berbaring dan sepertinya akan tidur.
“Wah, dasar anak ini, habis enak langsung minggat.” Ucap Abdul.
Abdul kemudian menggantikan posisi Adi dengan memasukkan penisnya ke mulutku. Sedangkan Adi kini
berada tepat dibelakangku dengan posisiku yang masih tetap menungging.
“Tahan ya, sakit sedikit tapi enak kok..” Seringainya padaku.
Aku tidak tahu apa yang akan ia lakukan padaku, tidak begitu lama ternyata ada sesuatu yang mencoba
masuk melalui anusku.
“Nggghhh masss, sakitt, aa ampun mas.” Aku merasa kesakitan saat penis Adi yang besar mencoba
menerobos anusku.
“Ahhh, aaaw ashh, nnnhh.” Aku semakin tidak karuan merasakannya.
Dengan sekuat tenaga meski sempat beberapa kali bengkok akhirnya penis Adi masuk ke dalam anusku,
”Nggg ahhh.” rasa sakitku pelan-pelan menjadi kenikmatan yang baru bagiku, karena baru kali ini anusku
di jejali penis.
“Hmmff Sempit banget , uahh.” Ucap Adi keenakan, ia juga tidak kalah keenakan daripada aku.
Adi sudah mulai terbiasa dengan ini, sesekali ia meludahi anusku agar lebih mudah menggerakkan
penisnya.
“Akkkkhh, uuahhhh.” Adi mendesah keenakan saat ia mencapai puncak kenikmatan, spermanya mengisi penuh
seluruh isi anusku hingga meleleh keluar. Tidak berapa lama Abdul yang sudah dari tadi memaju
mundurkan penisnya di mulutku juga merasakan hal yang sama,
“ouughhh teleennnn, sseeemuaa.” Ia meracau sambil tangannya menekan kepalaku pada penisnya.
Seketika itu juga cairan spermanya menyemprot di dalam rongga mulutku dan mau tidak mau harus aku
telan.
Harus kuakui mereka bertiga cukup hebat, namun tetap saja tidak bisa mengalahkan mas Yeyen, Mereka
bertiga hanya sanggup membuatku keluar 2 kali, tapi mas Yeyen mungkin bisa lebih, bahkan Hingga aku
tidak mampu lagi untuk berdiri.
Mereka bertiga duduk di dalam ruangan sambil beristirahat karena mereka sangat lelah. Aku pun masih
terbaring di lantai tanpa sehelai benangpun. Abdul mengeluarkan 2 lembar lima puluh ribuan. “itu untuk
ongkos jamu dan tubuh kamu.
”Sekarang kamu pergi dari sini!” Ucapnya sedikit membentak.
“Bagaimana dengan pakaianku?” tanyaku.
“Pikir saja sendiri” Balas abdul ketus.
Kemudian aku memakai BH dan celana dalamku. Aku gunakan selendang yang kupakai untuk mengangkat
keranjang tadi, Aku lilitkan untuk menutupi tubuhku dan untunglah cukup. Aku bergegas meninggalkan
mereka sambil membawa kerangjangku. Jam sudah menunjukkan pukul setengah 4 sore.
“Mas Yeyen pasti sudah pulang ini.” Ucapku dalam hati sambil mengusap air mata di pipiku.
Sesampainya di rumah ternyata benar, Mas Yeyen sudah menungguku pulang. Aku ceritakan semua kejadian
ini padanya bagaimanapun aku tetap mencoba untuk terbuka padanya karena dialah satu-satunya orang yang
kumiliki.
Reaksi Mas Yeyen sungguh membuatku kaget, Ia justru memelukku dengan erat, dan mengelus perutku
memberikan kasih sayang pada si Jabang Bayi.
Aku terharu dengan Mas Yeyen. Meski sempat ia akan bergerak mengumpulkan warga untuk memberi pelajaran
pada orang-orang yang memperkosaku, namun aku dapat meyakinkannya bahwa aku tidak apa-apa, dan semoga
saja janinnya juga tidak terjadi apa-apa.
Aku bangga dengan Mas Yeyen, ia tidak panik saat mendapatiku mengalami kejadian seperti ini, Selamanya
aku tetap mencintainya.
Setelah kejadian ini aku sudah tidak berjualan jamu lagi. Kali ini aku menjadi pendamping setia Mas
Yeyen, dengan menemaninya pergi ke ladang setiap hari. Meski keadaan ekonomi kami semakin sulit, tapi
kebahagiaan kami seolah menutup dalam-dalam semua keadaan ini dan kejadian masa lalu.
Kini anakku sudah besar, peristiwa itu tidak membuat kondisinya saat lahir menjadi cacat mental atau
sejenisnya. Ia tumbuh menjadi putri yang cantik dan kami beri nama Mentari, yang tetap bersinar
sesulit apapun keadaan yang kami alami saat ini, esok, dan seterusnya.-
Terimakasih Atas Kunjungan Anda.Jangan Lupa Selalu Berkunjung Kembali
supaya tidak ketinggalan Cerita cerita Dewasa Terbaru.
Jika Kamu Menyukai Postingan Ini, Share Ke Teman-Temanmu Di Facebook ya Pulsker!
CERITA SEX DEWASA | CERITA SEX TERBARU | CERITA SEX HOT | NONTON BOKEP
Cerita Sex Hot Bercinta Dengan Wanita Bunting
Reviewed by Layar Lendir
on
Maret 18, 2018
Rating:
http://www.partisipameran.com/
BalasHapushttp://www.partisipameran.com/2018/03/pengertian-booth-pameran.html
http://www.partisipameran.com/2018/03/jasa-pembuatan-booth-pameran-media.html
http://www.partisipameran.com/2018/03/pemasangan-fiting-room-di-arions-swiss.html
http://www.partisipameran.com/2018/03/spg-pameran-stand-pameran-indonesia.html
http://www.partisipameran.com/2018/03/partisi-pameran-2-x-3.html
http://www.partisipameran.com/2018/03/jasa-sewa-dan-jual-flooring-pameran.html
http://www.partisipameran.com/2018/03/menyewakan-dan-menjualm-panel-foto-hitam.html
http://www.partisipameran.com/2018/03/garuda-indonesia-travel-fair-jakarta.html
http://www.partisipameran.com/2017/08/jasa-pembuatan-booth-pameran.html