Cerita Sex Dewasa Pegawai Salon
Majalah Bokep - Aku kerja di sesuatu salon. Salon itu terletak di satu komplex perkantoran. Dikomplex itu
ada sesuatu supermarket besar 3 lantai dimana lantai paling atas dipakai untuk food court.
Salon dimana aku bekerja terletak di satu sisi satu resto yang terletak didepan pintu
keluar komplex. Kerjaanku di salon ya cuci rambut dan krimbat.
Aku masih junior di salon itu sehingga memperoleh tugas yang ringan-ringan saja. 1 hari
aku memperoleh customer, seorang laki-laki berusia 29 tahunan, ganteng Banget deh
orangnya, suka aku ngeliatnya. nasib baik dia mo potong rambut dan sesudah itu krimbat.
Aku mendapat tugas mencuci rambutnya, kemudian stylist memotong rambutnya. Selesai potong
rambut aku yang handle krimbatnya. nasib baik meja yang aku pakai untuk krimbat agak
terpisah yang laen gara-gara salon ketika itu rame.
Memang itu meja tambahan yang baru dipakai kalo salon rame, gara-gara tambahan maka
mempunyai letak agak terpisah dari deretan meja laennya. Selama aku ngerjain krimbat, dia
ngajakin bercakap-cakap.
“Namanya siapa”.
“Melda pak”.
“Kok pak sih manggilnya, jadi ngrasa dah tua”.
“abis Melda mesti manggil apa? Mas aja deh ya”. Dari Logatnya kayanya dia orang dari
tapian na uli.
“Kamu yang paling muda ya disini”.
“iya Mas, masi junior”.
“Tapi asik kok krimbat nya”.
“Makasih Mas”.
“Kamu paling cantik deh Mel, mana seksi lagi”.
“Ah biasa ja Mas, Mas terlalu muji Melda neh, jadi malu”.
“Kamu pulangnya jam brapa Mel”. “Kalo salon tutup Mas”.
“iya jam brapa”. “Napa sih Mas nanya-nanya, mo anterin Melda pulang”.
“Mau?” Aku cuma tersenyum.
“Jam 6an Mas salonnya tutup”.
Selesai krimbat, aku dapet tip yang lumayan besar, belon pernah aku dapet tip sebesar itu.
“Makasi banyak Mas, eh Mas namanya sapa ya”‘
“Pras”, jawabnya sambil meninggalkan salon. gara-gara banyak kerjaan hari itu, aku lupa
akan obrolanku Mas Pras.
Pulangnya, ketika melalui resto dideretan paling ujung dari sisi dimana salon berada,
tiba-tiba aku mendengar dinding kaca restonya diketuk-ketuk. Aku menoleh, kulihat Mas Pras
senyum sambil manggil aku ayunan tangannya. aku masuk ke resto itu dan duduk diseblahnya.
“Mel, mo makan apa neh”.
“wah Mas beneran neh mo nganterin Melda pulang?’
“Makan dulu lah”
Aku pesen ja makanan yang aku rasa enak, harga gak kulihat lagi, pasti dibayarin si Mas.
Sambil makan si Mas senyum ngeliatin aku terus.
“Betul kan, kamu tu cantik lo Mel”.
“Mas neh, gak brentinya muji Melda, cuma pakai baju kumel gini ja dibilang cantik”.
“Ya udah, abis makan aku beliin kamu pakaian ya”.
“Bener Mas?” Dia membuat ganguank.
Pesenanku dateng dan aku mulai menyantap makanan lahap, enak Banget terasa, palagi
dibayarin. Kalo bayar ndiri mah mikin sejuta kali makan disitu gara-gara harga makanannya
mahal2. Habis makan, aku diajaknya ke mal yang mempunyai letak gak jauh dari komplex
perkantoran. Aku membiarkan tanganku dibersama si Mas. Masga lagi jalan ma lelaki ganteng
kaya si Mas, mana dibersama2 lagi. Kita masuk ke dept store yang ada di mal.
“Mel kamu pilih deh mo beli pakaian apa”.
“Beneran nih mo beliin Melda pakaian, Mas baek Banget sih”.
Aku melakukan dugaan pasti ada bakwan dibalik udang, tapi egp ja lah, yang penting kan
diblanjain, lagian si Mas ganteng Banget. Gak rugi deh dientot ma dianya. Aku beli jins,
tanktop, trus aku nanya,
“Daleman bole beli Mas”.
“Bole Bangetz, beli yang seksi-seksi Mel”. Aku beli g string dan bra yang tipis, kalo ampe
dia ngajakin maen, aku mo pakai tu lingerie.
Selesai blanja, aku digandengnya menuju basement, parkiran.
“Kamu mesti pulang cepet Mel”.
“Mangnya Mas mo ajak Melda kemana, Melda kos kok Mas, gak da yang nungguin”.
“Ketempatku yuk”.
“Mo ngapain Mas”.
“Kita ngobrol santai ja, kamu besok kerja gak”.
“Besok giliran aku off Mas”.
Aku masuk ke mobilnya. Dalam perjalanan pulang, kami ngobrol ngalor ngidul. aku open aja
kedianya. Aku crita petualangan sexku dengan lelaki yang sudah bukan abg lagi. Aku bilang
sudah sebulan ini aku gak kencan ama lelaki.
“Wah, kalo gitu kamu dah napsu Banget dong Mel. Aku kan sudah gak termasuk abg, jadi boleh
dong ikut dalam petualangan Melda”.
“Bisa diatur kok Mas”. Selama perjalanan, dia mengelus pahaku dari luar jeans ketatku
tentunya.
“Ih, si Mas, dah napsu sama Melda ya”.
“Kalo napsu sih dari tadi Mel”.
“Kalo dah napsu artinya dah ngaceng ya Mas”, kataku sambil mengelus selangkangannya.
“Ih, kayanya besar ya Mas, keras lagi”, aku mulai meremas selangkangannya.
“Melda mo liat duluan, buka aja ritsluitingnya”.
Aku segera menurunkan ritsluiting celananya dan tanganku masuk ke dalam cdnya merogoh
penisnya.
“Ih besar Banget Mas, panjang lagi. Melda belum pernah ngerasain yang sebesar dan
sepanjang ini”, kataku sambil mengeluarkan penisnya.
Segera kukocok2nya batangnya. Lalu aku menunduk dan mengemut kepala penisnya.
“Mel, diisep sampe aku ngecret dong”.
“Tempatnya sempit Mas, Melda kocok aja yach. memek Melda jadi basah Mas, dah kepingin
kemasukan penis gede Mas”, aku mulai mengocok penisnya keatas dan kebawah. Dia jadi
melenguh kenikmatan.
“Masih jauh Mas, tempatnya”.
“Enggak kok Mel, sebentar lagi sampe”, katanya sambil mempercepat lajunya kendaraan. Tak
lama kemudian, sampailah kami di satu rumah. Dia belum ngecret dan aku menyudahi
seponganku.
“Mas besar Banget rumahnya kaya penis Mas aja besar, punya Mas ya”.
“Bukan Mel, punya kantor. Ini mes kantor, buat tamu yang perlu nginep. Sekarang lagi
kosong, jadi kita pake aja yach”.
Kami menuju ke bagian belakang rumah, ada kolam renang disana. Tempatnya teduh karena
banyak pepohonan dan tertutup tembok tinggi sehingga gak mungkin ada yang bisa ngintip.
Aku duduk didipan dipinggir kolam renang, dia duduk disebelahku. Dia memelukku. Dia
mencium pipiku sambil jemarinya membelai-belai bagian belakang telingaku. Mataku terpejam
menikmati usapan tangannya. Kupandangi wajahnya yang ganteng dengan hidungnya yangmancung.
Tak tahan berlama-lama menunggu akhirnya dia mencium bibirku. Dilumatnya mesra. aku
menjulurkan lidahku. Mulutnya terbuka perlahan menerima lidahku. Lama dia mempermainkan
lidahku di dalam mulutnya.
Lidahnya begitu agresif menanggapi permainan lidahku, sampai-sampai nafas kami berdua
menjadi tidak beraturan. Sesaat ciuman kami terhenti untuk menarik nafas, lalu kami mulai
berpagutan lagi dan lagi. Dia membelai pangkal lenganku yang terbuka. Dibukanya telapak
tangannya sehingga jempolnya bisa menggapai permukaan dadaku sambil membelai pangkal
lenganku. Bibirnya kini turun menyapu leherku seiring telapak tangannya meraup toketku.
Aku menggeliat bagai cacing kepanasan terkena terik mentari. Suara rintihan berulang kali
keluar dari mulutku di saat lidahnya menjulur menikmati leherku yang jenjang,
“Maaasss….”. Aku memegang tangannya yang sedang meremas toketku dengan penuh napsu.
Bukan untuk mencegah, aku membiarkan tangannya mengelus dan meremas toketku yang montok.
“Mel, aku ingin melihat toketmu”, ujarnya sambil mengusap bagian puncak toketku yang
menonjol. Dia menatapku. Aku akhirnya membuka tank top ketatku di depannya. Dia terkagum-
kagum menatap toketkua yang tertutup oleh BH berwarna hitam. Toketku begitu membusung,
menantang, dan naik turun seiring dengan desah nafasku yang memburu. Sambil berbaring aku
membuka pengait BH-nya di punggungku. Punggungku melengkung indah. Dia menahan tanganku
ketika aku akan menurunkan tali BH-ku dari atas pundakku. Justru dengan keadaan BH-ku yang
longgar karena tanpa pengait seperti itu membuat toketku semakin menantang.
“Toketmu bagus, Mel”, dia mencoba mengungkapkan keindahan tubuhku. Perlahan dia menarik
turun cup BH-ku. Mataku terpejam.
Perhatiannya terfokus ke pentilku yang berwarna kecoklatan. Lingkarannya tidak begitu
besar sedang ujungnya begitu runcing dan kaku. Diusapnya pentilku lalu dipilin dengan
jemarinya. Aku mendesah. Mulutnya turun ingin mencicipi toketku.
“Egkhh..” rintihku ketika mulutnya melumat pentilku. Dipermainkannya dengan lidah dan
giginya. Sekali-sekali digigitnya pentilku lalu diisap kuat-kuat sehingga membuat aku
menarik rambutnya.
Puas menikmati toket yang sebelah kiri, dia mencium toketku yang satunya. Rintihan-
rintihan dan desahan kenikmatan keluar dari mulutku. Sambil menciumi toketku, tangannya
turun membelai perutku yang datar, berhenti sejenak di pusarku lalu perlahan turun
mengitari lembah di bawah perutku. Dibelainya pahaku sebelah dalam terlebih dahulu sebelum
dia memutuskan untuk meraba memekku yang masih tertutup oleh celana jeans ketat yang
kukenakan.
Dia secara tiba-tiba menghentikan kegiatannya lalu berdiri di samping dipan. Aku tertegun
sejenak memandangnya. Dia masih berdiri sambil memandang tubuhku yang tergolek di dipan,
menantang. Kulitku yang tidak terlalu putih membuat matanya tak jemu memandang. Perutku
begitu datar. Celana jeans ketat yang kupakai terlihat terlalu longgar pada pinggangnya
namun pada bagian pinggulnya begitu pas untuk menunjukkan lekukan pantatku yang sempurna.
Puas memandang tubuhku, dia lalu membaringkan tubuhnya disampingku.
Dirapikannya untaian rambut yang menutupi beberapa bagian pada permukaan wajah dan
leherku. Dibelainya lagi toketku. Dia mencium bibirku sambil memasukkan air liurnya ke
dalam mulutku. aku menelannya. Tangannya turun ke bagian perut lalu membuka kancing celana
jinsku dan menurunkan ritsluitingnya, kemudian menerobos masuk. Jemarinya mengusap dan
membelai selangkanganku yang masih tertutup celana dalamku. jari tengahnya membelai
permukaan celana dalamku tepat diatas memekku, basah. Dia terus mempermainkan jari
tengahnya untuk menggelitik bagian yang paling pribadi tubuhku. Pinggulku perlahan
bergerak ke kiri, ke kanan dan sesekali bergoyang untuk menetralisir ketegangan yang
kualami.
Dia menyuruhku untuk melepas celana jeans yang kupakai. Aku menurunkan celana jinsku
perlahan. Celana dalam hitam yang kukenakan begitu mini sehingga jembut keriting yang
tumbuh disekitar memekku hampir sebagian keluar dari pinggir celana dalamku. Dia membantu
menarik turun celana jeansku. Aku menaikkan pinggulku ketika dia agak kesusahan menarik
celana jeansku. Diapun melepas pakean. Posisi kami kini sama-sama tinggal mengenakan
celana dalam. Kami berpelukan. Aku menyentuh penisnya dari luar celana dalamnya, lalu
kuplorotkan celana dalamnya. Langsung penisnya yang panjangnya kira-kira 18 cm serta agak
gemuk kubelai dan kugenggam.
“Tangan kamu pintar juga ya, Mel,”´ ujarnya sambil memandang tanganku yang mengocok
penisnya.
“Ya, mesti dong!” jawabku sambil cekikikan.
Jari-jarinya masuk dari samping celana dalam langsung menyentuh bukit memekku yang sudah
basah. Telunjuknya membelai-belai itilku sehingga aku keenakan.
“Diisep lagi Mel. Kan sekarang lebih leluasa” katanya. Aku tertawa sambil mencubit
penisnya. Dia meringis. ”
“Nggak muat di mulut Melda, tadi dimobil kan cuma kepalanya yang masuk. Itu juga udah
ampir gak muat. gede Banget sih penisnya” selesai berkata demikian aku langsung tertawa
kecil.
“Kalau yang dibawah, gimana, muat gak?” tanyanya lagi sambil menusukkan jari tengahnya ke
dalam memekku.
aku merintih sambil memegang tangannya. Jarinya sudah tenggelam ke dalam liang memekku.
Aku merasakan memekku berdenyut menjepit jarinya. Segera celana dalamku dilepaskannya.
Perlahan tangannya menangkap toketku dan meremasnya kuat. Aku yang sekarang meringis.
Kuusap lembut penisnya yang sudah keras Banget. Aku begitu kreatif mengocok penisnya
sehingga dia merasa keenakan. Dia tidak hanya tinggal diam, tangannya membelai-belai
toketku yang montok. Dipermainkannya pentilku dengan jemarinya, sementara tangannya yang
satunya mulai meraba jembut lebat di sekitar memekku. Dirabanya permukaan memekku. Jari
tengahnya mempermainkan itilku yang sudah mengeras. penisnya kini sudah siap tempur dalam
genggamanku, sementara memekku juga sudah mulai mengeluarkan cairan kental karena diobok-
obok .
Dia memeluk tubuhku sehingga penisnya menyentuh pusarku. Dia membelai punggungku lalu
turun meraba pantatku yang montok. Aku membalas pelukannya dengan melingkarkan tanganku di
pundaknya. Dia meraih pantatku, diremasnya dengan sedikit agak kasar lalu dia menaiki
tubuhku. Kakiku dengan sendirinya mengangkang. Dia menciumi lagi leherku yang jenjang lalu
turun melumat toketku. Dia terus membelai dan meremas setiap lekuk dan tonjolan pada
tubuhku.
Dia melebarkan kedua pahaku sambil mengarahkan penisnya ke bibir memekku. Aku mengerang
lirih. Mataku perlahan terpejam. Aku menggigit bibir bawahku untuk menahan laju birahiku
yang semakin kuat. Dia menatapku, matanya penuh nafsu.
“Aku ingin mengentoti kamu, Mel” bisiknya pelan, sementara kepala penisnya masih menempel
di belahan memekku.
Kata ini ternyata membuat wajahku memerah. Aku menatapnya sendu lalu mengangguk pelan
sebelum memejamkan mataku. Dia berkonsentrasi penuh dengan menuntun penisnya yang perlahan
menyusup ke dalam memekku. Terasa seret, memang, nikmat Banget rasanya. Perlahan namun
pasti penisnya membelah memekku yang ternyata begitu kencang menjepit penisnya. memekku
begitu licin hingga agak memudahkan penisnya untuk menyusup lebih ke dalam. Aku memeluk
erat tubuhnya sambil membenamkan kuku-kukuku di punggungnya hingga dia agak kesakitan.
Namun aku tak peduli.
“Baang, gede Banget, ohh..” aku menjerit lirih. Tanganku turun menangkap penisku.
“Pelan Mas”. Akhirnya penisnya terbenam juga di dalam memekku.
Dia berhenti sejenak untuk menikmati denyutan-denyutan yang timbul akibat kontraksi otot-
otot dinding memekku. Denyutan itu begitu kuat sampai-sampai dia memejamkan mata untuk
merasakan kenikmatan yang begitu sempurna. Dia melumat bibirku sambil perlahan-lahan
menarik penisnya untuk selanjutnya dibenamkan lagi. Dia menyuruhku membuka kelopak mataku.
Aku menurut. Dia sangat senang melihat mataku yang semakin sayu menikmati penisnya yang
keluar masuk memekku.
“Aku suka memekmu, Mel..memekmu masih rapet” ujarnya sambil merintih keenakan.
“Kamu enak kan, Mel?” tanyanya, lalu kujawab dengan anggukan kecil.
Dia menyuruhku untuk menggoyangkan pinggulku. Aku langsung mengimMasi gerakannya yang naik
turun dengan goyangan memutar pada pinggangku.
“Suka penisku, Mel?” tanyanya lagi. Aku hanya tersenyum sambil meremas2 penisnya dengan
jepitan memekku.
“Ohh.. hh..” dia menjerit panjang. Rasanya begitu nikmat.
Dia mencoba mengangkat dadanya, membuat jarak dengan dadaku dengan bertumpu pada kedua
tangannya. Dengan demikian dia semakin bebas dan leluasa untuk mengeluar-masukkan penisnya
ke dalam memekku. Kuperhatikan penisnya yang keluar masuk dalam memekku. Aku semakin
melebarkan kedua pahaku sementara tanganku melingkar erat dipinggangnya. Gerakan naik
turunnya semakin cepat mengimMasi goyangan pinggulku yang semakin tidak terkendali.
“Mel.. enak Banget, kamu pintar deh.” ucapnya keenakan.
“Melda juga, Mas”, jawabku. Aku merintih dan mengeluarkan erangan-erangan kenikmatan.
Berulang kali aku mengeluarkan kata, “aduh” yang kuucapkan terputus-putus. Aku merasakan
memekku semakin berdenyut sebagai pertanda aku akan mencapai puncak pendakianku. Dia juga
merasakan hal yang sama denganku, namun dia mencoba bertahan dengan menarik nafas dalam-
dalam lalu bernafas pelan-pelan untuk menurunkan daya rangsangan yang dialaminya.
Sepertinya dia tidak ingin segera menyudahi permainan ini hanya dengan satu posisi saja.
Dia mempercepat goyangan penisnya ketika dia menyadari aku hampir nyampe. Diremasnya
toketku kuat seraya mulutnya menghisap dan menggigit pentilku. Dihisapnya dalam-dalam.
“Ohh.. hh.. baaaang..” jeritku panjang.
Dia membenamkan penisnya kuat-kuat ke memekku sampai mentok agar aku mendapatkan
kenikmatan yang sempurna. Tubuhku melengkung indah dan untuk beberapa saat lamanya tubuhku
kejang. Kepalanya kutarik kuat terbenam diantara toketku. Pada saat tubuhku menyentak-
nyentak dia tak sanggup untuk bertahan lebih lama lagi.
“Mel, aakuu.. keluaarr, Ohh..hh..” jeritnya.
yang masih merasakan orgasmeku mengunci pinggangnya dengan kakiku yang melingkar di
pinggangnya. Saat itu juga dia memuntahkan peju hangat dan kentel dari penisnya. Kurasakan
tubuhku bagai melayang. secara spontan aku menarik pantatnya kuat ke tubuhku. Mulutnya
yang berada di belahan dadaku menghisap kuat hingga meninggalkan bekas merah pada kulitku.
Dia mencengkram toketku. Diraupnya semuanya sampai-sampai aku kesakitan. Dia tak peduli
lagi. Dia juga merasakan nikmat yang tiada duanya ditambah dengan goyangan pinggulku pada
saat dia mengalami orgasme. Tubuhnya akhirnya lunglai tak berdaya di atas tubuhku.
penisnya masih berada di dalam memek ku. aku mengusap-usap permukaan punggungnya.
“Melda puas sekali dientot Mas”, kataku. Dia kemudian mencabut penisnya dari memekku.
Aku masuk kembali ke rumah, langsung masuk ke kamar mandi dan menyalakan shower . Aku
membersihkan badanku yang basah karena keringat habis digeluti Mas Pras tadi. Setelah aku
selesai, ganti dia yang masuk ke kamar mandi membersihkan tubuhnya. Ketika dia keluar dari
kamar mandi, aku berbaring diranjang telanjang bulat.
“Mel, kamu kok mau aku ajak ngentot”, katanya.
“Kan Melda dah lama gak ngerasain nikmatnya penis Mas, mana penis Mas besar lagi”, jawabku
tersenyum.
“Malem ini kita men lagi ya Mas”.
“Ok aja, tapi sekarang kita cari makan dulu ya, biar ada tenaga bertempur lagi nanti
malem”, katanya sambil berpakaian.
Aku pun mengenakan pakaiannya dan kita pergi mencari makan malem. Kembali ke rumah sudah
hampir tengah malem, tadi kita selain makan santai2 di pub dulu.
Di kamar kita langsung melepas pakaian masing2 dan bergumul diranjang. Aku menggenggam
penisnya. Dia melenguh seraya menyebut namaku. Dia meringis menahan remasan lembut
tanganku pada penisnya. Tanganku mulai bergerak turun naik menyusuri penisnya yang sudah
teramat keras. Sekali-sekali ujung telunjukku mengusap kepala penisnya yang sudah licin
oleh cairan yang meleleh dari luMas diujungnya. Kembali dia melenguh merasakan ngilu
nikmat akibat usapanku. Kocokanku semakin cepat.
Dengan lembut dia mulai meremas-remas toketku. Aku menggenggam penisnya dengan erat.
Pentilku dipilin2nya. Aku masukan penisnya kedalam mulutku dan mengulumnya. Dia terus
menggerayangi toketku, dan mulai menciumi toketku. Napsuku semakin berkobar. Jilatan dan
kulumanku pada penisnya semakin mengganas sampai-sampai dia terengah-engah merasakan
kelihaian permainan mulutku. Dia membalikkan tubuhku hingga berlawanan dengan posisi
tubuhnya. Kepalaku berada di bawahnya sementara kepalanya berada di bawahku.
Kami sudah berada dalam posisi enam sembilan! Lidahnya menyentuh memekku dengan lembut.
Tubuhku langsung bereaksi dan tanpa sadar aku menjerit lirih. Tubuhku meliuk-liuk
mengikuti irama permainan lidahnya di memekku. Kedua pahaku mengempit kepalanya seolah
ingin membenamkan wajahnya ke dalam memekku. penisnya kemudian kukempit dengan toketku dan
kugerakkan maju mundur, sebentar. Dia menciumi bibir memekku, mencoba membukanya dengan
lidahnya. Tangannya mengelus pahaku bagian dalam.
Aku mendesis dan tanpa sadar membuka kedua kakiku yang tadinya merapat. Dia menempatkan
diri di antara kedua kakiku yang terbuka lebar. penisnya ditempelkannya pada bibir
memekku. Digesek-gesekkannya, mulai dari atas sampai ke bawah. Naik turun. Aku merasa
ngilu bercampur geli dan nikmat. memekku yang sudah banjir membuat gesekannya semakin
lancar karena licin. Aku terengah-engah merasakannya. Dia sengaja melakukan itu. Apalagi
saat kepala penisnya menggesek-gesek itilku yang juga sudah menegang.
“Baang.?” panggilku menghiba.
“Apa Mel”, jawabnya sambil tersenyum melihat aku tersiksa.
“Cepetan..” jawabku. Dia sengaja mengulur-ulur dengan hanya menggesek-gesekan penis.
Sementara aku benar-benar sudah tak tahan lagi mengekang birahiku.
“Melda sudah pengen dientot Mas”, kataku. Aku melenguh merasakan desakan penisnya yang
besar itu.
Aku menunggu cukup lama gerakan penisnya memasuki diriku. Serasa tak sampai-sampai. Maklum
aja, selain besar, penisnya juga panjang. Aku sampai menahan nafas saat penisnya terasa
mentok di dalam, seluruh penisnya amblas di dalam. Dia mulai menggerakkan pinggulnya
pelan2. Satu, dua dan tiga enjotan mulai berjalan lancar. Semakin membanjirnya cairan
dalam memekku membuat penisnya keluar masuk dengan lancarnya. Aku mengimMasi dengan
gerakan pinggulku. Meliuk perlahan.
Naik turun mengikuti irama enjotannya. Gerakan kami semakin lama semakin meningkat cepat
dan bertambah liar. Gerakannya sudah tidak beraturan karena yang penting enjotannya
mencapai bagian-bagian peka di memekku. Aku bagaikan berada di surga merasakan kenikmatan
yang luar biasa ini. penisnya menjejali penuh seluruh memekku, tak ada sedikitpun ruang
yang tersisa hingga gesekan penisnya sangat terasa di seluruh dinding memekku. Aku
merintih, melenguh dan mengerang merasakan semua kenikmatan ini. aku mengakui keperkasaan
dan kelihaiannya di atas ranjang. Yang pasti aku merasakan kepuasan tak terhingga ngentot
dengannya.Cerita Sex Terbaru
Dia bergerak semakin cepat. penisnya bertubi-tubi menusuk daerah-daerah sensitiveku. Aku
meregang tak kuasa menahan napsu, sementara dia dengan gagahnya masih mengayunkan
pinggulnya naik turun, ke kiri dan ke kanan. Eranganku semakin keras. Melihat reaksiku,
dia mempercepat gerakannya. penisnya yang besar dan panjang itu keluar masuk dengan
cepatnya. Tubuhnya sudah basah bermandikan keringat. Aku pun demikian. Aku meraih tubuhnya
dan kudekap. Kuirengkuh seluruh tubuhnya sehingga dia menindih tubuhku dengan erat. Aku
membenamkan wajahku di samping bahunya. Pinggul kuangkat tinggi-tinggi sementara kedua
tanganku menggapai pantatnya dan menekannya kuat-kuat. Aku meregang. Tubuhku mengejang-
ngejang.
“baang..”, hanya itu yang bisa keluar dari mulutku saking dahsyatnya kenikmatan yang
kualami bersamanya. Dia menciumi wajah dan bibirku.
Aku mendorong tubuhnya hingga terlentang. Aku langsung menindihnya dan menciumi wajah,
bibir dan sekujur tubuhnya. Kembali kuemut penisnya yang masih tegak itu. Lidahku
menjilati, mulutku mengemut. Tanganku mengocok-ngocok penisnya. Belum sempat dia
mengucapkan sesuatu, aku langsung berjongkok dengan kedua kaki bertumpu pada lutut dan
masing-masing berada di samping kiri dan kanan tubuhnya. memekku berada persis di atas
penisnya.
“Akh!” pekikku tertahan ketika penisnya kubimbing memasuki memekku.
Tubuhku turun perlahan-lahan, menelan seluruh penisnya. Selanjutnya aku bergerak seperti
sedang menunggang kuda. Tubuhku melonjak-lonjak. Pinggulku bergerak turun naik.
“Ouugghh. Mel.., luar biasa!” jeritnya merasakan hebatnya permainanku. Pinggulku
mengaduk-aduk lincah, mengulek liar tanpa henti. Tangannya mencengkeram kedua toketku,
diremas dan dipilin-pilin. Dia lalu Maskit setengah duduk.
Wajahnya dibenamkan ke dadaku. Menciumi pentilku. Dihisapnya kuat-kuat sambil diremas-
remas. Kami berdua saling berlomba memberi kepuasan. Kami tidak lagi merasakan panasnya
udara meski kamar menggunakan AC. Tubuh kami bersimbah peluh, membuat tubuh kami jadi
lengket satu sama lain. Aku berkutat mengaduk-aduk dengan pinggulku. Dia menggoyangkan
pantatnya.
Tusukan penisnya semakin cepat seiring dengan liukan pingguku yang tak kalah cepatnya.
Permainan kami semakin meningkat dahsyat. Sprei ranjang sudah tak karuan bentuknya,
selimut dan bantal serta guling terlempar berserakan di lantai akibat pergulatan kami yang
bertambah liar dan tak terkendali. Dia merasa pejunya udah mau nyembur. Dia semakin
bersemangat memacu pinggulnya untuk bergoyang. Tak selang beberapa detik kemudian, aku pun
merasakan desakan yang sama. Aku terus memacu.
sambil menjerit-jerit histeris. Dia mulai mengejang, mengerang panjang. Tubuhnya
menghentak-hentak liar. Akhirnya, pejunya nyemprot begitu kuat dan banyak membanjiri
memekku. Aku pun rasanya tidak kuat lagi menahan desakan dalam diriku Sambil mendesakan
pinggulku kuat-kuat, aku berteriak panjang saat mencapai puncak kenikmatan berbarengan
dengannya. Tubuh kami bergulingan di atas ranjang sambil berpelukan erat. “Baaang.,
nikmaat!” jeritku tak tertahankan. Aku lemes, demikian pula dia. Tenaga terkuras habis
dalam pergulatan yang ternyata memakan waktu lebih dari 1 jam! Akhirnya kami tertidur
kelelahan.-
Terimakasih Atas Kunjungan Anda.Jangan Lupa Selalu Berkunjung Kembali
supaya tidak ketinggalan Cerita cerita Dewasa Terbaru.
Jika Kamu Menyukai Postingan Ini, Share Ke Teman-Temanmu Di Facebook ya Pulsker!
CERITA SEX DEWASA | CERITA SEX TERBARU | CERITA SEX HOT | NONTON BOKEP
www.LayarLendir.com |
Majalah Bokep - Aku kerja di sesuatu salon. Salon itu terletak di satu komplex perkantoran. Dikomplex itu
ada sesuatu supermarket besar 3 lantai dimana lantai paling atas dipakai untuk food court.
Salon dimana aku bekerja terletak di satu sisi satu resto yang terletak didepan pintu
keluar komplex. Kerjaanku di salon ya cuci rambut dan krimbat.
Aku masih junior di salon itu sehingga memperoleh tugas yang ringan-ringan saja. 1 hari
aku memperoleh customer, seorang laki-laki berusia 29 tahunan, ganteng Banget deh
orangnya, suka aku ngeliatnya. nasib baik dia mo potong rambut dan sesudah itu krimbat.
Aku mendapat tugas mencuci rambutnya, kemudian stylist memotong rambutnya. Selesai potong
rambut aku yang handle krimbatnya. nasib baik meja yang aku pakai untuk krimbat agak
terpisah yang laen gara-gara salon ketika itu rame.
Memang itu meja tambahan yang baru dipakai kalo salon rame, gara-gara tambahan maka
mempunyai letak agak terpisah dari deretan meja laennya. Selama aku ngerjain krimbat, dia
ngajakin bercakap-cakap.
“Namanya siapa”.
“Melda pak”.
“Kok pak sih manggilnya, jadi ngrasa dah tua”.
“abis Melda mesti manggil apa? Mas aja deh ya”. Dari Logatnya kayanya dia orang dari
tapian na uli.
“Kamu yang paling muda ya disini”.
“iya Mas, masi junior”.
“Tapi asik kok krimbat nya”.
“Makasih Mas”.
“Kamu paling cantik deh Mel, mana seksi lagi”.
“Ah biasa ja Mas, Mas terlalu muji Melda neh, jadi malu”.
“Kamu pulangnya jam brapa Mel”. “Kalo salon tutup Mas”.
“iya jam brapa”. “Napa sih Mas nanya-nanya, mo anterin Melda pulang”.
“Mau?” Aku cuma tersenyum.
“Jam 6an Mas salonnya tutup”.
Selesai krimbat, aku dapet tip yang lumayan besar, belon pernah aku dapet tip sebesar itu.
“Makasi banyak Mas, eh Mas namanya sapa ya”‘
“Pras”, jawabnya sambil meninggalkan salon. gara-gara banyak kerjaan hari itu, aku lupa
akan obrolanku Mas Pras.
Pulangnya, ketika melalui resto dideretan paling ujung dari sisi dimana salon berada,
tiba-tiba aku mendengar dinding kaca restonya diketuk-ketuk. Aku menoleh, kulihat Mas Pras
senyum sambil manggil aku ayunan tangannya. aku masuk ke resto itu dan duduk diseblahnya.
“Mel, mo makan apa neh”.
“wah Mas beneran neh mo nganterin Melda pulang?’
“Makan dulu lah”
Aku pesen ja makanan yang aku rasa enak, harga gak kulihat lagi, pasti dibayarin si Mas.
Sambil makan si Mas senyum ngeliatin aku terus.
“Betul kan, kamu tu cantik lo Mel”.
“Mas neh, gak brentinya muji Melda, cuma pakai baju kumel gini ja dibilang cantik”.
“Ya udah, abis makan aku beliin kamu pakaian ya”.
“Bener Mas?” Dia membuat ganguank.
Pesenanku dateng dan aku mulai menyantap makanan lahap, enak Banget terasa, palagi
dibayarin. Kalo bayar ndiri mah mikin sejuta kali makan disitu gara-gara harga makanannya
mahal2. Habis makan, aku diajaknya ke mal yang mempunyai letak gak jauh dari komplex
perkantoran. Aku membiarkan tanganku dibersama si Mas. Masga lagi jalan ma lelaki ganteng
kaya si Mas, mana dibersama2 lagi. Kita masuk ke dept store yang ada di mal.
“Mel kamu pilih deh mo beli pakaian apa”.
“Beneran nih mo beliin Melda pakaian, Mas baek Banget sih”.
Aku melakukan dugaan pasti ada bakwan dibalik udang, tapi egp ja lah, yang penting kan
diblanjain, lagian si Mas ganteng Banget. Gak rugi deh dientot ma dianya. Aku beli jins,
tanktop, trus aku nanya,
“Daleman bole beli Mas”.
“Bole Bangetz, beli yang seksi-seksi Mel”. Aku beli g string dan bra yang tipis, kalo ampe
dia ngajakin maen, aku mo pakai tu lingerie.
Selesai blanja, aku digandengnya menuju basement, parkiran.
“Kamu mesti pulang cepet Mel”.
“Mangnya Mas mo ajak Melda kemana, Melda kos kok Mas, gak da yang nungguin”.
“Ketempatku yuk”.
“Mo ngapain Mas”.
“Kita ngobrol santai ja, kamu besok kerja gak”.
“Besok giliran aku off Mas”.
Aku masuk ke mobilnya. Dalam perjalanan pulang, kami ngobrol ngalor ngidul. aku open aja
kedianya. Aku crita petualangan sexku dengan lelaki yang sudah bukan abg lagi. Aku bilang
sudah sebulan ini aku gak kencan ama lelaki.
“Wah, kalo gitu kamu dah napsu Banget dong Mel. Aku kan sudah gak termasuk abg, jadi boleh
dong ikut dalam petualangan Melda”.
“Bisa diatur kok Mas”. Selama perjalanan, dia mengelus pahaku dari luar jeans ketatku
tentunya.
“Ih, si Mas, dah napsu sama Melda ya”.
“Kalo napsu sih dari tadi Mel”.
“Kalo dah napsu artinya dah ngaceng ya Mas”, kataku sambil mengelus selangkangannya.
“Ih, kayanya besar ya Mas, keras lagi”, aku mulai meremas selangkangannya.
“Melda mo liat duluan, buka aja ritsluitingnya”.
Aku segera menurunkan ritsluiting celananya dan tanganku masuk ke dalam cdnya merogoh
penisnya.
“Ih besar Banget Mas, panjang lagi. Melda belum pernah ngerasain yang sebesar dan
sepanjang ini”, kataku sambil mengeluarkan penisnya.
Segera kukocok2nya batangnya. Lalu aku menunduk dan mengemut kepala penisnya.
“Mel, diisep sampe aku ngecret dong”.
“Tempatnya sempit Mas, Melda kocok aja yach. memek Melda jadi basah Mas, dah kepingin
kemasukan penis gede Mas”, aku mulai mengocok penisnya keatas dan kebawah. Dia jadi
melenguh kenikmatan.
“Masih jauh Mas, tempatnya”.
“Enggak kok Mel, sebentar lagi sampe”, katanya sambil mempercepat lajunya kendaraan. Tak
lama kemudian, sampailah kami di satu rumah. Dia belum ngecret dan aku menyudahi
seponganku.
“Mas besar Banget rumahnya kaya penis Mas aja besar, punya Mas ya”.
“Bukan Mel, punya kantor. Ini mes kantor, buat tamu yang perlu nginep. Sekarang lagi
kosong, jadi kita pake aja yach”.
Kami menuju ke bagian belakang rumah, ada kolam renang disana. Tempatnya teduh karena
banyak pepohonan dan tertutup tembok tinggi sehingga gak mungkin ada yang bisa ngintip.
Aku duduk didipan dipinggir kolam renang, dia duduk disebelahku. Dia memelukku. Dia
mencium pipiku sambil jemarinya membelai-belai bagian belakang telingaku. Mataku terpejam
menikmati usapan tangannya. Kupandangi wajahnya yang ganteng dengan hidungnya yangmancung.
Tak tahan berlama-lama menunggu akhirnya dia mencium bibirku. Dilumatnya mesra. aku
menjulurkan lidahku. Mulutnya terbuka perlahan menerima lidahku. Lama dia mempermainkan
lidahku di dalam mulutnya.
Lidahnya begitu agresif menanggapi permainan lidahku, sampai-sampai nafas kami berdua
menjadi tidak beraturan. Sesaat ciuman kami terhenti untuk menarik nafas, lalu kami mulai
berpagutan lagi dan lagi. Dia membelai pangkal lenganku yang terbuka. Dibukanya telapak
tangannya sehingga jempolnya bisa menggapai permukaan dadaku sambil membelai pangkal
lenganku. Bibirnya kini turun menyapu leherku seiring telapak tangannya meraup toketku.
Aku menggeliat bagai cacing kepanasan terkena terik mentari. Suara rintihan berulang kali
keluar dari mulutku di saat lidahnya menjulur menikmati leherku yang jenjang,
“Maaasss….”. Aku memegang tangannya yang sedang meremas toketku dengan penuh napsu.
Bukan untuk mencegah, aku membiarkan tangannya mengelus dan meremas toketku yang montok.
“Mel, aku ingin melihat toketmu”, ujarnya sambil mengusap bagian puncak toketku yang
menonjol. Dia menatapku. Aku akhirnya membuka tank top ketatku di depannya. Dia terkagum-
kagum menatap toketkua yang tertutup oleh BH berwarna hitam. Toketku begitu membusung,
menantang, dan naik turun seiring dengan desah nafasku yang memburu. Sambil berbaring aku
membuka pengait BH-nya di punggungku. Punggungku melengkung indah. Dia menahan tanganku
ketika aku akan menurunkan tali BH-ku dari atas pundakku. Justru dengan keadaan BH-ku yang
longgar karena tanpa pengait seperti itu membuat toketku semakin menantang.
“Toketmu bagus, Mel”, dia mencoba mengungkapkan keindahan tubuhku. Perlahan dia menarik
turun cup BH-ku. Mataku terpejam.
Perhatiannya terfokus ke pentilku yang berwarna kecoklatan. Lingkarannya tidak begitu
besar sedang ujungnya begitu runcing dan kaku. Diusapnya pentilku lalu dipilin dengan
jemarinya. Aku mendesah. Mulutnya turun ingin mencicipi toketku.
“Egkhh..” rintihku ketika mulutnya melumat pentilku. Dipermainkannya dengan lidah dan
giginya. Sekali-sekali digigitnya pentilku lalu diisap kuat-kuat sehingga membuat aku
menarik rambutnya.
Puas menikmati toket yang sebelah kiri, dia mencium toketku yang satunya. Rintihan-
rintihan dan desahan kenikmatan keluar dari mulutku. Sambil menciumi toketku, tangannya
turun membelai perutku yang datar, berhenti sejenak di pusarku lalu perlahan turun
mengitari lembah di bawah perutku. Dibelainya pahaku sebelah dalam terlebih dahulu sebelum
dia memutuskan untuk meraba memekku yang masih tertutup oleh celana jeans ketat yang
kukenakan.
Dia secara tiba-tiba menghentikan kegiatannya lalu berdiri di samping dipan. Aku tertegun
sejenak memandangnya. Dia masih berdiri sambil memandang tubuhku yang tergolek di dipan,
menantang. Kulitku yang tidak terlalu putih membuat matanya tak jemu memandang. Perutku
begitu datar. Celana jeans ketat yang kupakai terlihat terlalu longgar pada pinggangnya
namun pada bagian pinggulnya begitu pas untuk menunjukkan lekukan pantatku yang sempurna.
Puas memandang tubuhku, dia lalu membaringkan tubuhnya disampingku.
Dirapikannya untaian rambut yang menutupi beberapa bagian pada permukaan wajah dan
leherku. Dibelainya lagi toketku. Dia mencium bibirku sambil memasukkan air liurnya ke
dalam mulutku. aku menelannya. Tangannya turun ke bagian perut lalu membuka kancing celana
jinsku dan menurunkan ritsluitingnya, kemudian menerobos masuk. Jemarinya mengusap dan
membelai selangkanganku yang masih tertutup celana dalamku. jari tengahnya membelai
permukaan celana dalamku tepat diatas memekku, basah. Dia terus mempermainkan jari
tengahnya untuk menggelitik bagian yang paling pribadi tubuhku. Pinggulku perlahan
bergerak ke kiri, ke kanan dan sesekali bergoyang untuk menetralisir ketegangan yang
kualami.
Dia menyuruhku untuk melepas celana jeans yang kupakai. Aku menurunkan celana jinsku
perlahan. Celana dalam hitam yang kukenakan begitu mini sehingga jembut keriting yang
tumbuh disekitar memekku hampir sebagian keluar dari pinggir celana dalamku. Dia membantu
menarik turun celana jeansku. Aku menaikkan pinggulku ketika dia agak kesusahan menarik
celana jeansku. Diapun melepas pakean. Posisi kami kini sama-sama tinggal mengenakan
celana dalam. Kami berpelukan. Aku menyentuh penisnya dari luar celana dalamnya, lalu
kuplorotkan celana dalamnya. Langsung penisnya yang panjangnya kira-kira 18 cm serta agak
gemuk kubelai dan kugenggam.
“Tangan kamu pintar juga ya, Mel,”´ ujarnya sambil memandang tanganku yang mengocok
penisnya.
“Ya, mesti dong!” jawabku sambil cekikikan.
Jari-jarinya masuk dari samping celana dalam langsung menyentuh bukit memekku yang sudah
basah. Telunjuknya membelai-belai itilku sehingga aku keenakan.
“Diisep lagi Mel. Kan sekarang lebih leluasa” katanya. Aku tertawa sambil mencubit
penisnya. Dia meringis. ”
“Nggak muat di mulut Melda, tadi dimobil kan cuma kepalanya yang masuk. Itu juga udah
ampir gak muat. gede Banget sih penisnya” selesai berkata demikian aku langsung tertawa
kecil.
“Kalau yang dibawah, gimana, muat gak?” tanyanya lagi sambil menusukkan jari tengahnya ke
dalam memekku.
aku merintih sambil memegang tangannya. Jarinya sudah tenggelam ke dalam liang memekku.
Aku merasakan memekku berdenyut menjepit jarinya. Segera celana dalamku dilepaskannya.
Perlahan tangannya menangkap toketku dan meremasnya kuat. Aku yang sekarang meringis.
Kuusap lembut penisnya yang sudah keras Banget. Aku begitu kreatif mengocok penisnya
sehingga dia merasa keenakan. Dia tidak hanya tinggal diam, tangannya membelai-belai
toketku yang montok. Dipermainkannya pentilku dengan jemarinya, sementara tangannya yang
satunya mulai meraba jembut lebat di sekitar memekku. Dirabanya permukaan memekku. Jari
tengahnya mempermainkan itilku yang sudah mengeras. penisnya kini sudah siap tempur dalam
genggamanku, sementara memekku juga sudah mulai mengeluarkan cairan kental karena diobok-
obok .
Dia memeluk tubuhku sehingga penisnya menyentuh pusarku. Dia membelai punggungku lalu
turun meraba pantatku yang montok. Aku membalas pelukannya dengan melingkarkan tanganku di
pundaknya. Dia meraih pantatku, diremasnya dengan sedikit agak kasar lalu dia menaiki
tubuhku. Kakiku dengan sendirinya mengangkang. Dia menciumi lagi leherku yang jenjang lalu
turun melumat toketku. Dia terus membelai dan meremas setiap lekuk dan tonjolan pada
tubuhku.
Dia melebarkan kedua pahaku sambil mengarahkan penisnya ke bibir memekku. Aku mengerang
lirih. Mataku perlahan terpejam. Aku menggigit bibir bawahku untuk menahan laju birahiku
yang semakin kuat. Dia menatapku, matanya penuh nafsu.
“Aku ingin mengentoti kamu, Mel” bisiknya pelan, sementara kepala penisnya masih menempel
di belahan memekku.
Kata ini ternyata membuat wajahku memerah. Aku menatapnya sendu lalu mengangguk pelan
sebelum memejamkan mataku. Dia berkonsentrasi penuh dengan menuntun penisnya yang perlahan
menyusup ke dalam memekku. Terasa seret, memang, nikmat Banget rasanya. Perlahan namun
pasti penisnya membelah memekku yang ternyata begitu kencang menjepit penisnya. memekku
begitu licin hingga agak memudahkan penisnya untuk menyusup lebih ke dalam. Aku memeluk
erat tubuhnya sambil membenamkan kuku-kukuku di punggungnya hingga dia agak kesakitan.
Namun aku tak peduli.
“Baang, gede Banget, ohh..” aku menjerit lirih. Tanganku turun menangkap penisku.
“Pelan Mas”. Akhirnya penisnya terbenam juga di dalam memekku.
Dia berhenti sejenak untuk menikmati denyutan-denyutan yang timbul akibat kontraksi otot-
otot dinding memekku. Denyutan itu begitu kuat sampai-sampai dia memejamkan mata untuk
merasakan kenikmatan yang begitu sempurna. Dia melumat bibirku sambil perlahan-lahan
menarik penisnya untuk selanjutnya dibenamkan lagi. Dia menyuruhku membuka kelopak mataku.
Aku menurut. Dia sangat senang melihat mataku yang semakin sayu menikmati penisnya yang
keluar masuk memekku.
“Aku suka memekmu, Mel..memekmu masih rapet” ujarnya sambil merintih keenakan.
“Kamu enak kan, Mel?” tanyanya, lalu kujawab dengan anggukan kecil.
Dia menyuruhku untuk menggoyangkan pinggulku. Aku langsung mengimMasi gerakannya yang naik
turun dengan goyangan memutar pada pinggangku.
“Suka penisku, Mel?” tanyanya lagi. Aku hanya tersenyum sambil meremas2 penisnya dengan
jepitan memekku.
“Ohh.. hh..” dia menjerit panjang. Rasanya begitu nikmat.
Dia mencoba mengangkat dadanya, membuat jarak dengan dadaku dengan bertumpu pada kedua
tangannya. Dengan demikian dia semakin bebas dan leluasa untuk mengeluar-masukkan penisnya
ke dalam memekku. Kuperhatikan penisnya yang keluar masuk dalam memekku. Aku semakin
melebarkan kedua pahaku sementara tanganku melingkar erat dipinggangnya. Gerakan naik
turunnya semakin cepat mengimMasi goyangan pinggulku yang semakin tidak terkendali.
“Mel.. enak Banget, kamu pintar deh.” ucapnya keenakan.
“Melda juga, Mas”, jawabku. Aku merintih dan mengeluarkan erangan-erangan kenikmatan.
Berulang kali aku mengeluarkan kata, “aduh” yang kuucapkan terputus-putus. Aku merasakan
memekku semakin berdenyut sebagai pertanda aku akan mencapai puncak pendakianku. Dia juga
merasakan hal yang sama denganku, namun dia mencoba bertahan dengan menarik nafas dalam-
dalam lalu bernafas pelan-pelan untuk menurunkan daya rangsangan yang dialaminya.
Sepertinya dia tidak ingin segera menyudahi permainan ini hanya dengan satu posisi saja.
Dia mempercepat goyangan penisnya ketika dia menyadari aku hampir nyampe. Diremasnya
toketku kuat seraya mulutnya menghisap dan menggigit pentilku. Dihisapnya dalam-dalam.
“Ohh.. hh.. baaaang..” jeritku panjang.
Dia membenamkan penisnya kuat-kuat ke memekku sampai mentok agar aku mendapatkan
kenikmatan yang sempurna. Tubuhku melengkung indah dan untuk beberapa saat lamanya tubuhku
kejang. Kepalanya kutarik kuat terbenam diantara toketku. Pada saat tubuhku menyentak-
nyentak dia tak sanggup untuk bertahan lebih lama lagi.
“Mel, aakuu.. keluaarr, Ohh..hh..” jeritnya.
yang masih merasakan orgasmeku mengunci pinggangnya dengan kakiku yang melingkar di
pinggangnya. Saat itu juga dia memuntahkan peju hangat dan kentel dari penisnya. Kurasakan
tubuhku bagai melayang. secara spontan aku menarik pantatnya kuat ke tubuhku. Mulutnya
yang berada di belahan dadaku menghisap kuat hingga meninggalkan bekas merah pada kulitku.
Dia mencengkram toketku. Diraupnya semuanya sampai-sampai aku kesakitan. Dia tak peduli
lagi. Dia juga merasakan nikmat yang tiada duanya ditambah dengan goyangan pinggulku pada
saat dia mengalami orgasme. Tubuhnya akhirnya lunglai tak berdaya di atas tubuhku.
penisnya masih berada di dalam memek ku. aku mengusap-usap permukaan punggungnya.
“Melda puas sekali dientot Mas”, kataku. Dia kemudian mencabut penisnya dari memekku.
Aku masuk kembali ke rumah, langsung masuk ke kamar mandi dan menyalakan shower . Aku
membersihkan badanku yang basah karena keringat habis digeluti Mas Pras tadi. Setelah aku
selesai, ganti dia yang masuk ke kamar mandi membersihkan tubuhnya. Ketika dia keluar dari
kamar mandi, aku berbaring diranjang telanjang bulat.
“Mel, kamu kok mau aku ajak ngentot”, katanya.
“Kan Melda dah lama gak ngerasain nikmatnya penis Mas, mana penis Mas besar lagi”, jawabku
tersenyum.
“Malem ini kita men lagi ya Mas”.
“Ok aja, tapi sekarang kita cari makan dulu ya, biar ada tenaga bertempur lagi nanti
malem”, katanya sambil berpakaian.
Aku pun mengenakan pakaiannya dan kita pergi mencari makan malem. Kembali ke rumah sudah
hampir tengah malem, tadi kita selain makan santai2 di pub dulu.
Di kamar kita langsung melepas pakaian masing2 dan bergumul diranjang. Aku menggenggam
penisnya. Dia melenguh seraya menyebut namaku. Dia meringis menahan remasan lembut
tanganku pada penisnya. Tanganku mulai bergerak turun naik menyusuri penisnya yang sudah
teramat keras. Sekali-sekali ujung telunjukku mengusap kepala penisnya yang sudah licin
oleh cairan yang meleleh dari luMas diujungnya. Kembali dia melenguh merasakan ngilu
nikmat akibat usapanku. Kocokanku semakin cepat.
Dengan lembut dia mulai meremas-remas toketku. Aku menggenggam penisnya dengan erat.
Pentilku dipilin2nya. Aku masukan penisnya kedalam mulutku dan mengulumnya. Dia terus
menggerayangi toketku, dan mulai menciumi toketku. Napsuku semakin berkobar. Jilatan dan
kulumanku pada penisnya semakin mengganas sampai-sampai dia terengah-engah merasakan
kelihaian permainan mulutku. Dia membalikkan tubuhku hingga berlawanan dengan posisi
tubuhnya. Kepalaku berada di bawahnya sementara kepalanya berada di bawahku.
Kami sudah berada dalam posisi enam sembilan! Lidahnya menyentuh memekku dengan lembut.
Tubuhku langsung bereaksi dan tanpa sadar aku menjerit lirih. Tubuhku meliuk-liuk
mengikuti irama permainan lidahnya di memekku. Kedua pahaku mengempit kepalanya seolah
ingin membenamkan wajahnya ke dalam memekku. penisnya kemudian kukempit dengan toketku dan
kugerakkan maju mundur, sebentar. Dia menciumi bibir memekku, mencoba membukanya dengan
lidahnya. Tangannya mengelus pahaku bagian dalam.
Aku mendesis dan tanpa sadar membuka kedua kakiku yang tadinya merapat. Dia menempatkan
diri di antara kedua kakiku yang terbuka lebar. penisnya ditempelkannya pada bibir
memekku. Digesek-gesekkannya, mulai dari atas sampai ke bawah. Naik turun. Aku merasa
ngilu bercampur geli dan nikmat. memekku yang sudah banjir membuat gesekannya semakin
lancar karena licin. Aku terengah-engah merasakannya. Dia sengaja melakukan itu. Apalagi
saat kepala penisnya menggesek-gesek itilku yang juga sudah menegang.
“Baang.?” panggilku menghiba.
“Apa Mel”, jawabnya sambil tersenyum melihat aku tersiksa.
“Cepetan..” jawabku. Dia sengaja mengulur-ulur dengan hanya menggesek-gesekan penis.
Sementara aku benar-benar sudah tak tahan lagi mengekang birahiku.
“Melda sudah pengen dientot Mas”, kataku. Aku melenguh merasakan desakan penisnya yang
besar itu.
Aku menunggu cukup lama gerakan penisnya memasuki diriku. Serasa tak sampai-sampai. Maklum
aja, selain besar, penisnya juga panjang. Aku sampai menahan nafas saat penisnya terasa
mentok di dalam, seluruh penisnya amblas di dalam. Dia mulai menggerakkan pinggulnya
pelan2. Satu, dua dan tiga enjotan mulai berjalan lancar. Semakin membanjirnya cairan
dalam memekku membuat penisnya keluar masuk dengan lancarnya. Aku mengimMasi dengan
gerakan pinggulku. Meliuk perlahan.
Naik turun mengikuti irama enjotannya. Gerakan kami semakin lama semakin meningkat cepat
dan bertambah liar. Gerakannya sudah tidak beraturan karena yang penting enjotannya
mencapai bagian-bagian peka di memekku. Aku bagaikan berada di surga merasakan kenikmatan
yang luar biasa ini. penisnya menjejali penuh seluruh memekku, tak ada sedikitpun ruang
yang tersisa hingga gesekan penisnya sangat terasa di seluruh dinding memekku. Aku
merintih, melenguh dan mengerang merasakan semua kenikmatan ini. aku mengakui keperkasaan
dan kelihaiannya di atas ranjang. Yang pasti aku merasakan kepuasan tak terhingga ngentot
dengannya.Cerita Sex Terbaru
Dia bergerak semakin cepat. penisnya bertubi-tubi menusuk daerah-daerah sensitiveku. Aku
meregang tak kuasa menahan napsu, sementara dia dengan gagahnya masih mengayunkan
pinggulnya naik turun, ke kiri dan ke kanan. Eranganku semakin keras. Melihat reaksiku,
dia mempercepat gerakannya. penisnya yang besar dan panjang itu keluar masuk dengan
cepatnya. Tubuhnya sudah basah bermandikan keringat. Aku pun demikian. Aku meraih tubuhnya
dan kudekap. Kuirengkuh seluruh tubuhnya sehingga dia menindih tubuhku dengan erat. Aku
membenamkan wajahku di samping bahunya. Pinggul kuangkat tinggi-tinggi sementara kedua
tanganku menggapai pantatnya dan menekannya kuat-kuat. Aku meregang. Tubuhku mengejang-
ngejang.
“baang..”, hanya itu yang bisa keluar dari mulutku saking dahsyatnya kenikmatan yang
kualami bersamanya. Dia menciumi wajah dan bibirku.
Aku mendorong tubuhnya hingga terlentang. Aku langsung menindihnya dan menciumi wajah,
bibir dan sekujur tubuhnya. Kembali kuemut penisnya yang masih tegak itu. Lidahku
menjilati, mulutku mengemut. Tanganku mengocok-ngocok penisnya. Belum sempat dia
mengucapkan sesuatu, aku langsung berjongkok dengan kedua kaki bertumpu pada lutut dan
masing-masing berada di samping kiri dan kanan tubuhnya. memekku berada persis di atas
penisnya.
“Akh!” pekikku tertahan ketika penisnya kubimbing memasuki memekku.
Tubuhku turun perlahan-lahan, menelan seluruh penisnya. Selanjutnya aku bergerak seperti
sedang menunggang kuda. Tubuhku melonjak-lonjak. Pinggulku bergerak turun naik.
“Ouugghh. Mel.., luar biasa!” jeritnya merasakan hebatnya permainanku. Pinggulku
mengaduk-aduk lincah, mengulek liar tanpa henti. Tangannya mencengkeram kedua toketku,
diremas dan dipilin-pilin. Dia lalu Maskit setengah duduk.
Wajahnya dibenamkan ke dadaku. Menciumi pentilku. Dihisapnya kuat-kuat sambil diremas-
remas. Kami berdua saling berlomba memberi kepuasan. Kami tidak lagi merasakan panasnya
udara meski kamar menggunakan AC. Tubuh kami bersimbah peluh, membuat tubuh kami jadi
lengket satu sama lain. Aku berkutat mengaduk-aduk dengan pinggulku. Dia menggoyangkan
pantatnya.
Tusukan penisnya semakin cepat seiring dengan liukan pingguku yang tak kalah cepatnya.
Permainan kami semakin meningkat dahsyat. Sprei ranjang sudah tak karuan bentuknya,
selimut dan bantal serta guling terlempar berserakan di lantai akibat pergulatan kami yang
bertambah liar dan tak terkendali. Dia merasa pejunya udah mau nyembur. Dia semakin
bersemangat memacu pinggulnya untuk bergoyang. Tak selang beberapa detik kemudian, aku pun
merasakan desakan yang sama. Aku terus memacu.
sambil menjerit-jerit histeris. Dia mulai mengejang, mengerang panjang. Tubuhnya
menghentak-hentak liar. Akhirnya, pejunya nyemprot begitu kuat dan banyak membanjiri
memekku. Aku pun rasanya tidak kuat lagi menahan desakan dalam diriku Sambil mendesakan
pinggulku kuat-kuat, aku berteriak panjang saat mencapai puncak kenikmatan berbarengan
dengannya. Tubuh kami bergulingan di atas ranjang sambil berpelukan erat. “Baaang.,
nikmaat!” jeritku tak tertahankan. Aku lemes, demikian pula dia. Tenaga terkuras habis
dalam pergulatan yang ternyata memakan waktu lebih dari 1 jam! Akhirnya kami tertidur
kelelahan.-
Terimakasih Atas Kunjungan Anda.Jangan Lupa Selalu Berkunjung Kembali
supaya tidak ketinggalan Cerita cerita Dewasa Terbaru.
Jika Kamu Menyukai Postingan Ini, Share Ke Teman-Temanmu Di Facebook ya Pulsker!
CERITA SEX DEWASA | CERITA SEX TERBARU | CERITA SEX HOT | NONTON BOKEP
Cerita Sex Dewasa Pegawai Salon
Reviewed by Layar Lendir
on
Maret 11, 2018
Rating:
Tidak ada komentar: